Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Tiga Bulan Bisa Keliling Eropa tanpa Biaya

Minggu, 26 Januari 2014 – 08:28 WIB
Tiga Bulan Bisa Keliling Eropa tanpa Biaya - JPNN.COM
Ilia Sumilfia Dewi (kanan), Eko Nur Syah Hidayat (tengah), dan Juliet (kiri) di Plaza Semanggi, Jakarta, (19/1). Foto: M. Salsabyla/Jawa Pos

"Mereka bisanya bahasa Prancis yang saya tidak bisa. Tapi, saya beruntung karena di sana komunitas Esperantonya cukup besar. Kota Ho Chi Minh sendiri adalah esperantist. Akhirnya, saya bisa jalan-jalan dengan leluasa bersama teman sesama pengguna bahasa Esperanto," tuturnya.

Tidak hanya itu, Ilia pun sempat keliling Eropa sepuasnya. Itu terjadi saat dia menghadiri konferensi Esperanto di Kopenhagen, Belanda. Di sana, dia ditawari untuk berkeliling benua biru selama tiga bulan. Perempuan kelahiran Jakarta tersebut sampai merelakan jabatan manajer di tempatnya bekerja demi petualangannya di 12 negara Eropa itu.

"Orang tua saya marah besar. Tapi, saya tetap jalan karena keliling Eropa itu impian saya sejak dulu," bebernya.

Apalagi perjalanannya tersebut dibiayai seorang esperantist di Belanda. Ilia hanya mengeluarkan Rp 10 juta."Tapi, saya benar-benar jadi backpacker. Tidur di rumah penduduk sehingga murah bayarnya. Dan itu jelas lebih menarik," tegasnya.

Setelah pasang surut cukup lama, akhirnya Ilia berhasil menyatukan komunitas-komunitas Esperanto yang semula berpencar di daerah-daerah menjadi asosiasi dengan nama Indonezia Esperanto-Asocio atau Asosiasi Esperanto Indonesia. Asosiasi itu didirikan pada 7 April 2013.

"Memang, kami belum memiliki data resmi anggota. Tapi, dari grup Facebook kami, sudah lebih dari seribu orang yang tahu bahasa Esperanto di Indonesia," ujarnya.

Setali tiga uang dengan Ilia, cerita Eko tidak jauh berbeda. Mahasiswa Manajemen Informatika Universitas Gunadharma, Jakarta, itu mengaku menemukan bahasa Esperanto dari kursus pada 2011. Setelah itu, dia berusaha mencari tempat untuk belajar Esperanto dan akhirnya bertemu Ilia.

"Bahasanya sebenarnya gampang. Terus, saya bisa ke luar negeri berkat bahasa ini. Misalnya, ketika ke Australia untuk konferensi Esperanto kemarin, saya dibiayai UEA (Universala Esperanto-Asocio, Red)," ujarnya.

BAHASA adalah identitas bangsa. Namun, lain cerita dengan bahasa Esperanto, bahasa internasional tanpa embel-embel negara. Bahasa yang sempat dianggap

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close