Tiga Dimensi Anies
Oleh: Dhimam Abror DjuraidKalau membangun hanya sekadar menggusur karena tidak sesuai dengan master plan, kalau membangun hanya sekadar mengusir karena tanah itu akan dijadikan waduk atau jalan tol, maka pembangunan adalah kerja ‘’making’’ tetapi tidak ‘’doing’’ karena dimensi moral dan etika yang hilang.
Dimensi ketiga adalah knowing. Disinilah gagasan menjadi penting. Knowing adalah proses untuk mendapatkan knowledge, pengetahuan.
Di sinilah intelektualitas menjadi penting. Karena dengan intelektualitas, gagasan bisa muncul dan kemudian diwujudkan dengan making dan dilengkapi dengan doing. Lengkaplah manusia dengan tiga dimensi itu.
Bangsa Indonesia sudah terlalu lama tereduksi dari tiga dimensi itu, dan kita rindu menunggu setetes air untuk menghilangkan dahaga itu.
Kepemimpinan Anies Baswedan selama satu periode di Jakarta menjadi sebuah oase dari kekeringan panjang itu.
Anies seorang ‘’maker’’. Dia membangun. Anies seorang ‘’doer’’, dia tidak sekadar menggusur tetapi memanusikan manusia. Pembangunan harusnya membebaskan, bukan mengancam, menggusur, dan merendahkan.
Anies juga seorang knower. Dia menjadikan knowledge untuk melakukan knowing. Pengetahuannya, intelektualitasnya melahirkan gagasan-gagasan besar yang orisinal.
Ketika hajatan politik 2024 semakin mendekat, banyak kandidat yang sibuk mengejar populatritas dan elektabilitas, lalu mengabaikan inlektualitas yang menjadi sumber gagasan. Para kandidat sibuk mengejar rating survei dengan proyek pencitraan setiap hari.