Tiga Parpol Ini Harus Realistis, Poros Ketiga Sulit Terwujud
jpnn.com, JAKARTA - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) kembali melakukan manuver terkait Pilpres 2019 soal calon wakil presiden (cawapres) yang akan mendampingi Joko Widodo (Jokowi).
Wakil Sekjen PKB Jazilul Fawaid menyatakan pihaknya akan meminta mandat ulang kepada para kiai Nahdlatul Ulama (NU) perihal dukungan ke Jokowi bila Muhaimin Iskandar atau Cak Imin yang merupakan ketua umumnya tak dipilih sebagai cawapres oleh Jokowi. Alasannya, kata Jazilul, keputusan PKB mengusung Cak Imin sebagai cawapres dan mendukung Jokowi sebagai capres selama ini berdasarkan mandat para kiai NU.
Manuver PKB ini merespons sikap Jokowi yang belum memutuskan nama cawapres meski pendaftaran capres-cawapres telah dibuka di KPU RI sejak 4 Agustus kemarin.
Sikap PKB yang belum rela bila Cak Imin tidak dipilih sebagai cawapres Jokowi ini pun kemudian memunculkan spekulasi poros ketiga dengan menggandeng PAN dan PKS yang juga belum solid di koalisi oposisi dan kemudian mengusung Gatot Nurmantyo-Cak Imin sebagai Capres dan Cawapresnya.
Menanggapi hal itu, Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menyebut, PKB hanya ingin meninggikan bargaining politiknya.
“Karena partai menengah seperti PKB bergainingnya di sana. Jika tidak dapat Cawapres, maka paling tidak kursi menterinya bertambah banyak dan strategis,” kata Ujang di Jakarta, kemarin.
Justru, menurut Ujang, akan menjadi naif jika PKB tidak bermanuver, karena manuver PKB juga untuk menaikan elektabilitasnya.
Ujang menilai, dukungan ulama NU meski erat kaitan dengan PKB, tentu tidak menentukan sikap PKB seutuhnya. Ia percaya PKB akan tetap berada di koalisi Jokowi sampai akhir.