Tindakan Tegas di Mako Brimob Tunggu Jenderal Tito Datang?
jpnn.com, JAKARTA - Hingga pagi ini, rutan Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, masih dikuasai gerombolan narapidana teroris bersenjata. Lima polisi telah gugur dan keselamatan 130 napi lain terancam.
Kadivhumas Polri Irjen Setyo Wasisto menyatakan, kerusuhan berujung penyanderaan dan pembunuhan itu berawal dari persoalan sepele. Dipicu komplain napi penghuni blok C terkait pemeriksaan makanan oleh petugas. Karena makanan tak kunjung diberikan, lalu terjadi provokasi. ”Awalnya sepele, soal makanan, kan perlu diperiksa prosedur ya,” jelasnya.
Setelah itu, para tahanan tersebut membobol sel tahanan. Mereka merangsek ke ruang pemeriksaan. Saat itu sejumlah penyidik sedang memeriksa tahanan yang baru datang.
Saat itulah bentrokan terjadi, tahanan tersebut merampas sejumlah senjata api. Laras panjang dan pendek. ”Senjata yang dikuasai tahanan belum diketahui jenis dan jumlahnya,” urai Setyo.
Setelah menguasai senjata itulah, mereka menyerang lima anggota Polri. Blok B dan A dikuasai seperti halnya blok C. Empat dari Densus 88 Antiteror dan satu anggota dari satuan Polda Metro Jaya. Selain lima anggota Polri itu, seorang napi teroris juga menjadi korban meninggal karena luka tembak saat terjadi bentrokan.
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen M. Iqbal mengatakan bahwa jumlah tahanan di tiga blok sekitar 130 orang. Mereka berasal dari berbagai kelompok yang melakukan aksi beberapa tahun belakangan.
Iqbal menampik dugaan bahwa serangan di Rutan Mako Brimob terkait dengan ISIS. ”Tidak benar ini terhubung ISIS. Ini karena masalah makanan,” tandas jenderal berbintang satu tersebut. Tewasnya lima polisi menjadikan kejadian tersebut serangan teroris paling mematikan bagi Polri. ”Ya, memang peristiwa yang cukup besar,” ucapnya.
Malam tadi polisi bernama Iwan Sarjana yang disandera sudah berhasil dibebaskan. Beberapa tuntutan napi juga sudah dipenuhi. Salah satunya permintaan untuk bertemu dengan Aman Abdurrahman, dalang bom Sarinah di Jakarta pada 2016.