Tinggalkan Impor, Jadikan Indonesia Juara Hortikultura
jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema atau Ansy Lema mengritik keras kebijakan impor pangan hortikultura.
Impor hortikutura sangat bertentangan dengan paradigma kedaulatan pangan di Indonesia. Impor hanya menyokong ketahanan pangan, yang berakibat buruk kepada para petani.
Oleh karena itu, Ansy mendesak Kementerian Pertanian terutama Direktorat Jendral Hortikultura untuk segara mengikis ketergantungan pada impor dengan menggenjot produksi hortikultura dalam negeri.
“Pertanyaannya adalah apakah kita mau keluar sebagai negara dengan kedaulatan penuh, ataukah hanya sebagai negara yang cukup dengan ketahanan pangan saja? Jika berorientasi pada kedaulatan, maka kita harus benar-benar membangun mekanisme pengembangan hortikultura yang jelas. Misalnya, produk-produk hortikultura apa saja yang bisa kita dorong sebagai komoditi utama untuk mengikis ketergantungan pada impor,” papar Ansy di Jakarta, Senin (16/11/2020).
Data Direktorat Jendral Hortikultura November 2020 melaporkan bahwa Indonesia mengalami defisit komoditi bawang putih sebesar 532,534 ton, bawang Bombay 128,349 ton, jeruk 82,808 ton, lengkeng 44,737 ton dan anggur 34,477 ton pada 2021.
Ini mengafirmasi bahwa Indonesia akan mengimpor produk hortikultura lagi seperti tahun-tahun sebelumnya. Data BPS menunjukkan, impor buah Indonesia berkembang sangat pesat. Tahun 2015, impor buah mencapai 666 Juta USD. Angka ini melonjak naik hingga 1.486 Juta USD pada 2019.
Menanggapi data impor tersebut, Ansy yang kini tergabung dalam Panja Ekspor dan Impor Produk Hirtikultura Komisi IV DPR RI menegaskan bahwa komoditas impor bukan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Sumber utama mestinya berasal dari produksi dalam negeri dan cadangan nasional. Impor hanya dilakukan sebagai alternatif yang bersifat komplementer. Maka, fokus penyediaan atau pemenuhan kebutuhan nasional harus bersandar pada produksi dalam negeri.