Tjilik Riwut dari Bukit Batu
Kisah berikut ini disarikan dari Manaser Panatau Tatu Hiang...
Riwut Dahiang sangat mendambakan anak lelaki. Berkali-kali istrinya yang bernama Piai Djelau melahirkan. Tapi, bila lelaki selalu meninggal saat balita.
Maka Riwut Dahiang yang tinggal di Sungai Sala pergi ke Bukit Batu. Berdoa kepada Hatalla (yang maha kuasa). Balampah (bertapa) memohon diberikan putra.
Singkat cerita, ia dapat petunjuk akan dapat seorang putra yang kelak mengemban tugas khusus bagi sukunya.
Waktu yang dinanti tiba. 2 Februari 1918 Piai Djelau melahirkan di kebun durian, di kampung Katunen, Kasongan. Anak laki-laki itu diberi nama Tjilik Riwut.
Sejak kecil, Tjilik Riwut acap diajak ayahnya ke Bukit Batu. Beranjak dewasa, ia mulai mengikuti tradisi ayahnya balampah di bukit itu.
Masih dari sumber yang sama, diriwayatkan pula Hikayat Bukit Batu. Pada zaman dahulu kala…ada seorang bakaji (berilmu tinggi) bernama Burut Ules dari desa Tumbang Liting.
Suatu hari, saat berehat usai bekerja membuka lahan pertanian, Burut Ules melihat tujuh bidadari turun dari langit dan mandi di telaga.