Tudingan Curang Bayangi Kemenangan Erdogan
jpnn.com - Keinginan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih besar terkabul. Hasil referendum menunjukkan, 51,41 persen penduduk yang memberikan hak suaranya pada Minggu (16/4) mendukung amandemen konstitusi.
Sebanyak 48,59 persen sisanya menolak. Dengan kemenangan itu, Turki yang sebelumnya menganut sistem pemerintahan parlementer berubah menjadi presidensial.
”Tuhan berkehendak. Hasil itu akan menjadi awal era baru bagi negara kami,” ujar Erdogan setelah penghitungan suara mencapai 99,97 persen pada Minggu malam.
Angka kehadiran penduduk dalam pemungutan suara kali ini terbilang sangat tinggi, yaitu 85 persen. Pemilu presiden digelar pada 2019. Begitu pula dengan pembubaran kantor perdana menteri.
Suami Emine tersebut diperkirakan terpilih menjadi presiden selama dua periode. Artinya, dia akan tetap memimpin Turki hingga 2029.
Kemenangan Erdogan disambut dengan perayaan sekaligus protes dari berbagai penjuru wilayah Turki. Mereka yang tidak mendukung perubahan turun ke jalan sambil memukul-mukul wajan ataupun panci.
Di Turki, itu adalah cara tradisional untuk protes. Sementara itu, para pendukung Erdogan tampak bersukacita dengan melambaikan bendera Turki. Mereka menabuh drum dan menyanyikan lagu kemenangan dengan menyebut nama Erdogan.
Cezar Florin Preda, kepala delegasi Majelis Parlemen Dewan Eropa yang memonitor referendum di Turki, kemarin (17/4) membuat komentar yang mengejutkan. Menurut dia, pemungutan suara di Turki masih berada di bawah standar.