Tukang Parkir Ini Hatinya Sangat Mulia
Kemuliaan hati Puger dan teman-temannya untuk mengurus ADHA ternyata tidak selalu direspons positif oleh masyarakat.
Menurut Puger, masyarakat, tampaknya, malah berlomba-lomba menolak keberadaan Puger dan anak-anak tak berdosa itu.
Masyarakat, dengan pengetahuan seadanya, takut Puger dan anak-anak itu akan memberikan dampak buruk jika tinggal di lingkungan mereka.
Puger berkisah, penolakan tersebut bukan sebatas kata-kata. Pernah sekali waktu dia menemukan kontrakan yang ditinggalinya bersama anak-anak dikosongkan paksa oleh warga sekitar. ’’Barang-barang kami dikeluarkan paksa oleh warga. Di jalanan,’’ kenangnya.
Puger mengaku pusing tujuh keliling. Dia bingung untuk mengamankan anak-anak asuhnya tersebut.
Dalam kondisi terpepet itu, tiba-tiba datang seorang ustad yang memberikan bantuan. Dia menyewakan sebuah rumah kontrakan di kawasan Purwosari, tidak jauh dari tempat Puger bekerja.
Puger dan anak-anak diminta menempati rumah tersebut. Tanpa pikir panjang, dia langsung membawa anak-anak ke rumah baru itu, sedangkan barang-barangnya menyusul.
Puger menyatakan, kesehatan anak-anak itu lebih penting daripada barang-barang. Semakin lama mereka terpapar di luar rumah, apalagi sampai kehujanan, mereka rawan sakit.