Tumpang Bawang
Oleh Dahlan IskanRabu, 04 Desember 2019 – 04:40 WIB
Saya punya pengalaman 'membina' aktivis untuk masuk dunia bisnis. Ia bukan saja aktivis tapi ekstremis.
Ia lulus teknik elektro UGM. Cum laude. Ayahnya guru nahwu saya.
Sang ayah ketakutan anaknya lulus --dan pulang ke rumahnya. Sang ayah bisa ditangkap --sebagai 'sandera'.
Itu zaman Orde Baru.
Maka sang ayah mendatangi saya --menyerahkan anaknya itu. Biar jauh dari kampung halaman.
"Baik, pak, biar anak bapak ikut saya. Biar ia mengekstremi mesin," jawab saya.
Kecerdasannya di kampus --dan militansinya-- ternyata bisa ia alihkan ke pekerjaan.
Ia sukses dalam berkarir. Mencapai jabatan puncak sebagai CEO satu grup perusahaan di bawah saya --saat itu.