Tunggu Ahli
Oleh: Dahlan IskanKacang tanah dan porang itu dibabat. Tanah diratakan. Sekitar 20 tenda bisa didirikan di kebun itu. Satu tenda untuk satu keluarga. Bisa sangat pribadi.
Saya masuk ke dalam tenda keluarga Fadil. Hujan membuat jalan setapak menuju tenda itu dialiri air. Tenda Fadil yang paling ujung.
Saya melewati tenda-tenda tetangganya. Semua sudah senyap. Mungkin sudah pada tidur.
Di dalam tenda Kang Fadil ini terlihat dua kasur besar terhampar di situ. Lantainya terbuat dari terpal. Di seputar tenda dibuatkan aliran air. Agar di saat hujan seperti ini air tidak masuk ke dalam tenda.
Pesawat TV dari rumahnya ia angkut ke dalam tenda. Demikian pula dispenser. Hanya dua barang itu yang ada di dalam tenda. Barang lainnya, termasuk pakaian, tetap di rumah yang retak. Alat-alat dapur ada di dapur umum. Di sebelah kompleks tenda.
Tenda Fadil bahkan berpintu. Kusen dan pintu kayu itu diminta dari rumah yang roboh total akibat gempa.
Beberapa rumah di dekat situ memang roboh total. Ada yang mobil Xenia-nya masih terimpit di bawah reruntuhan.
Rumah mertua Fadil termasuk yang roboh total. Ibu mertuanya tergencet lemari yang roboh. Menantunyi mengungkit lemari itu. Lalu menggendong sang ibu mertua ke pinggir jalan.