U Tiga-I
Oleh: Dahlan IskanCSIS didirikan oleh Prof Panglaykim –-ayah Dr Mari Pangestu. Prof Pang banyak membantu saya dalam membangun kembali Jawa Pos saat itu.
Ada juga buku-buku hibah dari Prof Merle Ricklefs, guru besar University of Melbourne. Anda sudah tahu: almarhum adalah ahli sejarah Jawa dan Indonesia.
Gedung perkuliahan UIII sendiri dibangun berjajar di belakang danau. Saya ke salah satu gedung perkuliahan itu. Empat lantai. Koridornya lapang dan terbuka. Sirkulasi angin mengalir sangat sepoi. Tangga-tangganya lebar dan banyak. Lift hanya untuk yang disabel dan orang tua.
Di gedung perkuliahan ini juga disediakan ruang dosen. Satu dosen punya satu ruang kerja. Lengkap. Semua dosen bergelar S-3. Itu pernah dianggap pemborosan oleh auditor negara. Pemahaman mereka tentang universitas yang ideal belum sampai di sana.
Sementara ini UIII memang baru membuka perkuliahan untuk S-2 dan S-3. Empat jurusan: kajian agama, pendidikan, ilmu sosial, dan ekonomi. Kelak akan ada kedokteran dan teknik.
Ada beban berat di pundak UIII: pakai identitas Indonesia, internasional, dan Islam. Harus bisa mencerminkan tiga identitas itu. Maka moderasi adalah misi utamanya.
Mahasiswa yang diterima di situ banyak dari negara yang Islamnya keras. Seperti Afghanistan. Siapa saja boleh melamar jadi mahasiswa. Diseleksi. Dapat beasiswa. Sebagian lagi adalah mahasiswa yang diundang.
Di situ saya bertemu mahasiswa dari Armenia, Afghanistan, Gambia, Timor Leste, dan Aljazair. Masih banyak yang lain: dari 22 negara.