UNICEF Borong Obat Covid-19 untuk Bantu Negara Miskin, Pfizer Sembunyikan Keuntungan
Paxlovid adalah pengobatan dua obat yang memasangkan senyawa baru, nirmatrelvir, dengan antivirus lebih lama, ritonavir. Keduanya adalah pil yang dimaksudkan untuk dikonsumsi selama lima hari sesaat setelah dimulainya gejala COVID muncul.
Pfizer telah mencapai kesepakatan dengan Medicines Patent Pool (MPP) yang didukung PBB untuk memungkinkan lebih dari 30 pembuat obat generik memproduksi obat versi lebih murah untuk dijual di 95 negara, tetapi diperkirakan tidak ada yang tersedia sebelum awal 2023.
Bulan lalu, Pfizer mengatakan pihaknya memproyeksikan penjualan Paxlovid setidaknya mencapai 22 miliar dolar AS (Rp 315 triliun) pada 2022.
Bourla mengatakan bahwa penjualan aktual dapat jauh lebih tinggi hingga akhir tahun. Dia menambahkan proyeksi itu berdasarkan kontrak hanya sebagian kecil dari total prakiraan produksi Paxlovid perusahaan.
Pfizer telah mencapai kesepakatan untuk menjual pil kepada sejumlah negara, termasuk 20 paket dosis ke Amerika Serikat tahun ini.
Di luar kesepakatan UNICEF, juru bicara Pfizer mengatakan perusahaan juga sedang dalam pembicaraan dengan Organisasi Kesehatan Dunia dan Access to COVID-19 Tools Accelerator (ACT-A), upaya pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengadakan tes, pengobatan, dan vaksin bagi negara-negara berpenghasilan rendah.
“Kami akan membagi rincian lebih lanjut tentang kesepakatan pasokan dengan entitas-entitas ini sesuai kemampuan kami,” kata Jubir Pfizer Kit Longley.
“Kami sedang dalam pembicaraan berlanjut dengan sejumlah mitra swasta dan organisasi internasional untuk menyediakan Paxlovid bagi negara-negara berpenghasilan rendah," katanya.