VP Schneider Electric: Menyongsong Era Bangunan Cerdas dan Hijau
jpnn.com, JAKARTA - Upaya penurunan emisi karbon pada sektor bangunan dan konstruksi harus terus diupayakan.
Pasalnya, meski telah banyak kemajuan yang dicapai melalui efisiensi energi yang diterapkan pada beragam bangunan, termasuk pemanfaatan renewable energy atau Energi Baru Terbarukan (EBT) yang meningkat, tetapi hal tersebut belum dapat mengimbangi meningkatnya emisi karbon dari sektor ini.
"Oleh sebab itu, mewujudkan bangunan cerdas dan hijau (baik komersial maupun residenstial) dalam konteks revitalisasi fasilitas bangunan eksisting dan pembangunan fasilitas bangunan baru merupakan sebuah keniscayaan untuk mengurangi emisi karbon, efisiensi biaya operasional, dan sustainability atau keberlanjutan dalam bisnis," uja Hery Saputra, Building Business Vice President PT. Schneider Electric Indonesia.
"Strategi atau praktik bisnis berkelanjutan bertujuan untuk mengurangi dampak negatif dan menciptakan dampak atau nilai positif untuk saat ini dan masa depan," imbuhnya.
Hal ini berlaku bagi seluruh kalangan pengelola dan pengembang fasilitas bangunan perkantoran, pusat data dan jaringan, manajemen fasilitas, perusahaan listrik, layanan kesehatan, pengolahan air bersih dan air limbah, energi dan bahan kimia, makanan dan minuman, hotel, bahkan real estat komersial.
Namun, sebelum lebih jauh berbicara tentang era bangunan cerdas dan hijau, Hery akan membahas dahulu tentang industri 4.0 yang mendasari terwujudnya bangunan cerdas.
Industri 4.0 adalah istilah untuk menggambarkan revolusi industri keempat atau era digital dalam industri. Industri 4.0 didorong oleh pengembangan teknologi digital, seperti Internet of Things (IoT), Big Data, Artificial Intelligence (AI), robotika, dan komputasi awan.
Sehingga memungkinkan perusahaan menciptakan sistem produksi yang lebih cerdas, efisien, terintegrasi, produktf, cepat, dan personalisasi produk untuk pelanggan.