Waduh...Rupiah Sudah Dekati 14.500 per USD
Tapi, di tengah kuatnya tekanan dolar jelang pengumuman suku bunga The Fed, masih ada beberapa mata uang yang mampu bertahan bahkan menguat terhadap dolar AS. Misalnya, Ringgit Malaysia yang mencatat penguatan signifikan 1,48 persen, Won Korea 0,87 persen, serta Peso Filipina,
Dolar Singapura, Dolar Taiwan, dan Dolar New Zealand yang menguat tipis.
Gejolak pasar keuangan global juga kian menjadi-jadi seiring munculnya laporan terbaru Bank Dunia yang meminta negara-negara berkembang untuk bersiap-siap menghadapi turbulensi keuangan, jika The Fed benar-benar menaikkan suku bunga. Laporan itu juga menyebutkan potensi gangguan aliran investasi ke negara-negara berkembang karena tersedotnya modal ke AS. Dampak lain berupa pelemahan mata uang pun tak bisa dihindari.
Fauzi mengatakan, dampak kenaikan suku bunga The Fed memang akan signifikan. Namun, dia memprediksi jika The Fed kemungkinan masih akan menunda kenaikan suku bunga pada pertemuan kali ini. "Melihat data-data ekonomi AS saat ini, peluang The Fed untuk menunda kian besar," ucapnya.
Menurut Fauzi, data perekonomian AS seperti angka inflasi, pengangguran, dan ekspor AS yang sudah menunjukkan tertekan akibat menguat tajamnya dolar. Di samping itu, beberapa bank sentral seperti Bank Sentral Eropa, Jepang, dsn Tiongkok, kini justru mengambil posisi menurunkan suku bunga untuk mendorong ekonomi.
Karena itu, jika The Fed tetap menaikkan suku bunga, maka ekspor dan daya saing ekonomi AS akan tertekan. "Saya kira The Fed akan berpikir panjang untuk mengambil risiko itu," ujarnya. (owi/gen/dee/lus)