Wahai, Ojol! Bukan Cuma Kalian yang Susah Gara-Gara Corona
Kelompok ojol sebagai lapisan pekerja informal yang mengandalkan pendapatan harian, lanjut dia, relatif ter-organisasi.
Ojol seperti halnya pekerja formal yang memiliki serikat pekerja, memiliki corong untuk menyatakan pendapat, keluh kesah dan kesulitan hidupnya.
"Kelompok itu intensif menggunakan media sosial, dan kehadirannya di tengah masyarakat yang memang nyata selama masa di luar krisis sangat bermanfaat. Akhirnya, suka tidak suka menonjol. Sama sekali tidak ada yang salah dengan posisi yang berhasil diraih para pengemudi ojol. Juga ketika lambat laun, kelompok ini berhasil menduduki posisi simbolik kelas pekerja informal," terang dia.
Pengemudi ojol menduduki posisi simbolik merupakan kenyataan yang dibentuk bersama oleh para pemangku kepentingan kesejahteraan sosial, termasuk individu-individu yang prihatin dengan nasib pengemudi ojol.
Dalam teori komunikasi, interaksi terus menerus antar berbagai pihak berimplikasi pada pembentukan makna.
"Interaksi cukup intens yang dilakukan para pengemudi ojol selama ini membawanya pada posisi lebih dikenali, lebih terlihat dan akhirnya lebih diperhatikan," kata dia lagi.
Firman berharap pemerintah maupun masyarakat tidak hanya memperhatikan kelompok pengemudi ojol, tetapi juga memperhitungkan mereka yang tak terepresentasi secara simbolik, seperti pedagang kaki lima, guru les privat, pengusaha kedai kopi, penjual ikan dan tanaman hias, pengemudi taksi, dan juga para pengusaha yang diasumsikan selalu memiliki napas panjang karena ada tabungan yang dimiliki. (antara/jpnn)