Wamentrans Viva Yoga Pimpin Tabur Bunga di Makam Pionir Transmigrasi Sukra Indramayu
Dengan demikian, pengembangan kawasan transmigrasi dan pemberdayaan warga transmigran tidak perlu sepenuhnya bergantung pada anggaran pemerintah yang terbatas.
Bahkan diharapkan Kementerian Transmigrasi justru bisa berkontribusi pada keuangan negara dalam bentuk Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Lebih lanjut dipaparkan, paradigma transmigrasi yang baru adalah mimpi bersama untuk tetap membuat transmigrasi sebagai program pembangunan yang tetap relevan di tengah modernisasi dan kemajuan teknologi.
”Semangat transmigrasi dalam membangun Indonesia tidak boleh bermaksud untuk mengkotak-kotakan pembangunan. Niat dan tekad untuk membangun ibu pertiwi sudah sepantasnya terpatri dalam sanubari kita masing-masing," pesannya.
Wamentrans Viva Yoga mengajak semua pihak menjadikan peringatan Hari Bhakti Transmigrasi sebagai momentum untuk menghargai perjuangan para pionir dan mengambil peran aktif dalam pembangunan transmigrasi.
Tugas pembangunan Indonesia secara umum, dan transmigrasi secara khusus adalah tugas kita bersama.
”Semoga semangat para pionir transmigrasi terus menginspirasi kita untuk bekerja keras dan memberikan yang terbaik bagi bangsa ini," tutur pria asal Lamongan, Jawa Timur, itu.
Dalam berbagai kegiatan yang digelar di tempat itu dihadiri oleh pejabat Indramayu, pimpinan tinggi madya, pejabat pimpinan tinggi pratama di lingkungan Kementerian Transmigrasi, Ketua Persatuan Wredatama Transmigrasi (PWT).
Selain itu juga hadir Ketua DPP Perhimpunan Anak Transmigran Republik Indonesia (PATRI), Ketua DPP Himpunan Masyarakat Peduli Transmigrasi Indonesia (HMPTI), Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kementerian Transmigrasi, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat.
Hadir juga Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Tengah, Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Indramayu dan para kepala OPD di wilayah Kabupaten Indramayu, dan undangan dari unsur lain seperti dari TNI, Polri, tokoh masyarakat dan masyarakat umum.
Sebagai informasi, 12 Desember 1950 pertama kali transmigrasi dilakukan Pemerintah Indonesia dengan memberangkatkan 23 kepala keluarga (KK) ke Lampung, dan 2 KK ke Lubuk Linggau.