Wang Buliau
Oleh: Dahlan Iskan"Kapan?" tanyanya lagi.
"Waktu diajak teman saya dari Singapura ke sana khusus untuk makan kwetiau," jawab saya.
Tan sudah tahu Wang Buliau yang ia bawa akan dimasak apa. Ia tahu chef di situ punya keunggulan apa saja.
Dimasak tim. Dadanya dibelah. Isi perutnya dibuang. Ketika ditaruh di piring besar, posisi punggung di atas. Daging perutnya direntang ke kanan dan ke kiri.
Saya berdiri. Daging perut itulah yang saya incar. Saya potong-potong. Saya sajikan ke Pak Tirto. Lalu ke Fajar. Ke Liong. Ke sebelah Pak Tirto. Dan ke semua orang yang mengelilingi meja makan itu: 12 orang. Terakhir ke piring saya.
Meja makan memang untuk 10 orang. Tetapi dua orang teman membawa pasangan. Saya menyesal tidak mengajak istri. Saya tahu tim ikan seperti itu adalah kesukaan istri saya - -rasanya melebihi sukanyi pada saya.
Satu ikan cukup untuk 12 orang?
Tidak. Wang Buliau-nya ada dua ekor. Dua piring besar. Maka ketika membagi itu saya hati-hati. Jangan hanya dibagi 12. Harus bisa dibagi menjadi 13.