Warga Non-Muslim Ikut Berpuasa di Bulan Ramadan Sebagai Bentuk Solidaritas Untuk Palestina
Mirip dengan umat Islam di bulan Ramadan, mereka berpuasa dari matahari terbit hingga terbenam selama 19 hari di bulan Maret setiap tahunnya, dan diakhiri dengan perayaan tahun baru yang disebut Nawruz.
Tim Wood adalah peneliti PhD di Universitas Melbourne dan beragama Baha'i.
Tim mengatakan puasa 19 Hari yang ia jalani "terasa berbeda tahun ini" dan perang Israel-Gaza, serta warga yang kelaparan, membuatnya lebih peka saat berpantang makanan dan minuman.
Penganut agama Baha'i meyakini bahwa Buddha, Yesus, dan Muhammad adalah manifestasi dari Tuhan yang sama, dengan Baha'u'llah sebagai yang terbaru, itulah sebabnya ada kesamaan dalam cara mereka berdoa dan berpuasa.
Perang Israel-Gaza juga berdampak pada ziarah mereka ke Baha'i World Centre, yang terletak di Israel, yakni di Haifa dan Akka, yang merupakan pusat spiritual dan administrasi Iman Baha'i.
"Yang dilakukan oleh penganut Baha’i adalah mencoba bekerja sama dengan saudara dan saudari dari berbagai agama dan tidak beragama demi kemajuan dunia."
'Saya berbuka puasa secara diam-diam'
Sementara yang lain bisa berpuasa secara terbuka, guru sekolah menengah Kristen Ortodoks Catherine* dari Melbourne, mengatakan ia berpuasa untuk Gaza di bulan Ramadan tahun ini secara diam-diam.
"Saya berbuka puasa secara rahasia," katanya.