Wisata Budaya Reog Tengger Makin Perkuat Atraksi Pariwisata Bromo
Sedang alat musiknya, adalah gendang, gong, saron, kenong, angklung, selendro (gamelang komplit) dan alat orkes. Meski mengacu pada reog Ponorogo, ada beberapa perbedaan yang sifatnya untuk menyesuaikan dengan kondisi daerah, adat dan kesukaan warga setempat. Me ngingat pada era modern ini, kesenian juga harus berkembang.
“Alat orkes ini merupakan inovasi kami. Mengingat pada era modern ini kesenian juga harus berkembang. Sementara warga Tengger banyak yang suka lagu campur sari. Sehingga alat orkes tersebut digunakan untuk lagu campur sari,” terang lelaki yang juga kasi perencanaan di Desa Jetak ini.
Saat ini, reog Tengger banyak tampil di sejumlah kegiatan. Waktu permainannya tergantung dari yang mengundang. Namun normalnya, 1,5 jam tanpa adegan kalap (trans/kesurupan). Sementara jika menggunakan kalap, bisa 2 jam.
“Terkadang ada pengundang yang tidak suka agedan kesurupan. Sehingga hanya dilakukan biasa saja. Untuk biaya tanggapanya sendiri jika hanya reok sekitar Rp 2 juta,” imbuhnya.
Tidak sekadar tampil di banyak kegiatan. Pelestarian reog Tengger kini dilakukan sistemanis dengan cara diajarkan pada siswa SD. Khususnya di Desa jetak. “Latihan rutinnya satu minggu dua kali. Biasanya sabtu malam dan minggu malam. Yang terpenting tidak menggangu waktu belajar,” tuturnya.
Ngantoro, dukun reog di Darwis Ladewi yang juga kasi pemerintahan di Desa Jetak menambahkan, ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum reog tampil. Salah satunya adalah ubo rampe dengan isi atau sesaji beragam.
Ada gedang ayu, rokok kinangan komplet (jambe, daun siri, kembang telon), jenang wonco (jenang lima warna, yaitu putih, merah, hijau, kuning, dan hitam).
Lalu, sego gulung (tujuh nasi kepel yang tengahnya diisi telur jawa). Kemudian, wedang kopi pahit dan air putih, kembang setaman, pituan (kelapa, beras, dan 5 biji telur mentah) dan janur tujuh sisir. Meski demikian, kadang ubo rampe tiap desa berbeda.