Dari dokter hewan hingga ahli biosekuriti, Bruce Christie telah dipanggil dengan berbagai sebutan selama hidupnya, tetapi salah satu julukannya yang kurang dikenal adalah "Bapak Kriket Indonesia".
"Saya pikir julukan itu keliru dalam penerjemahan — seharusnya kakek, bukan ayah," candanya.
BACA JUGA: Siswa Pendidikan Dokter Spesialis Dianggap Rentan Dengan Ancaman Perundungan dan Senioritas
Pria berusia 68 tahun dari wilayah Illawarra, New South Wales ini baru-baru ini menerima penghargaan prestasi pencapaian seumur hidup dari Persatuan Cricket Indonesia (PCI), sebagai pengakuan atas kontribusinya terhadap pengembangan kriket di negara ini.
"[Ini] benar-benar tiba-tiba, benar-benar tak terduga, tetapi saya sangat menghargainya," katanya.
BACA JUGA: Di Balik Gelombang Pembangunan Masif di Bali
Kriket pertama kali diperkenalkan ke Indonesia oleh imigran Belanda dan Inggris pada akhir tahun 1800-an.
Namun, permainan ini sebagian besar dimainkan oleh ekspatriat, sementara penduduk setempat lebih menyukai olahraga lokal seperti Kasti — permainan yang mirip dengan bisbol.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Lagi-Lagi Donald Trump Jadi Sasaran Percobaan Pembunuhan?
Bruce pindah ke Nusa Tenggara Timur pada tahun 1995 saat bekerja pada proyek AusAid dan mulai mengajar kriket kepada penduduk setempat karena "tidak banyak yang bisa dilakukan."
"Anak saya juga pemain kriket di bawah 11 tahun saat itu, dan kami ingin dia terus bermain kriket sehingga saat dia kembali ke Australia, dia bisa kembali bermain dalam tim," katanya.
Kriket menyebar ke seluruh Indonesia pada tahun 1990-an, yang oleh badan pengurus olahraga tersebut sebagian dikaitkan dengan usaha yang dilakukan Bruce.
Kriket dimainkan di 18 provinsi di Indonesia, dan nomor tim putra dan putri saat ini dipertandingkan di Pekan Olahraga Nasional yang digelar empat tahunan.Awal yang sederhana
Sebelum pindah kembali ke Australia pada tahun 1998, Bruce Christie menggunakan lapangan tenis untuk mengajar sekitar 30 pemuda dari provinsi Kupang dasar-dasar kriket.
"Kami tidak dapat menurunkan jaring lapangan tenis, tetapi kami dapat menggulung jaring, dan kami dapat memainkan permainan kriket dalam ruangan yang dimodifikasi," katanya.
"Pada akhirnya, orang-orang ini benar-benar bersemangat."
Bruce, pelatih tingkat satu Dewan Kriket Australia, mengatakan bahwa ia tidak mengalami kesulitan untuk menarik warga negara Indonesia ke tempat latihannya.
Kelompok tersebut berhasil mengumpulkan cukup uang untuk terbang ke Bali dan bermain melawan tim ekspatriat yang bagi sebagian pemain adalah perjalanan pertama mereka ke luar provinsi itu.
"Begitu orang Indonesia berada di luar sana [bermain kriket] dan mengajari orang Indonesia lainnya, olahraga itu kemudian menyebar," kata Bruce.
Dari kelompok tersebut, lima orang termasuk Soni Hawoe kemudian dipekerjakan oleh Dewan Kriket Internasional (ICC) untuk mengembangkan kriket di seluruh Indonesia.
"Ia adalah guru dan teman yang sangat baik," kata Soni.Permainan yang menyebar ke berbagai provinsi
Pada tahun 2000, Soni Hawoe dan empat pemain lainnya mengunjungi Museum Don Bradman dan bahkan bertemu dengan Perdana Menteri saat itu, John Howard, selama perjalanan pelatihan ke Australia, yang sebagian diselenggarakan oleh Bruce Christie.
Setelah bermain untuk tim nasional Indonesia, yang didirikan pada tahun 2016, Soni telah mengabdikan hidupnya untuk menyebarkan olahraga kriket.
"Saya telah memperkenalkan kriket ke 16 provinsi sebelum tahun 2008 dan [akan mengunjungi] 30 sekolah lagi dalam tiga bulan ke depan," katanya.
Ekspatriat Australia lainnya, Alan Wilson, membantu melanjutkan pekerjaan Bruce setelah ia kembali ke Australia.
Bruce Christie yang sekarang sudah pensiun mengatakan bahwa ia tidak pernah mengantisipasi dampak dari berbagi permainan yang mengingatkannya pada kampung halaman.
"Sungguh menakjubkan melihat lima orang yang saya ajari bermain kriket [yang] telah berkeliling dunia bermain," katanya.
"Sungguh menakjubkan apa yang dapat dilakukan oleh olahraga — bukan hanya untuk bersenang-senang, tetapi juga untuk pengembangan sosial-ekonomi dan persahabatan yang terbangun."
Diproduksi dari laporan ABC News dalam bahasa Inggris.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sepatu Buatan Indonesia Incar Peluang di Pameran Perlengkapan Militer di Australia