Anak laki-laki dan perempuan dari warga Aborigin yang pertama mengajukan klaim atas tanah Kenbi mengungkapkan perasaan ‘pahit’ menyaksikan impian nenek moyang mereka akhirnya menjadi kenyataan setelah menunggu selama 37 tahun.

Kasus sengketa tanah adat Kenbi yang dimulai sejak tahun 1979 telah menjadi subjek persidangan yang panjang, tiga kali ditinjau oleh Pengadilan Federal, dua kali banding di Pengadilan Tinggi dan banyak terjadi perpecahan di kalangan orang-orang Aborijin setempat sendiri yang saling berselisih mengenai siapa yang berhak atas klaim kepemilikan.

BACA JUGA: Teliti Penurunan Populasi, Kakatua Dipasangi GPS


Klaim tanah Kenbi ini meliputi sebagian besar kawasan Cox Peninsula - 130 kilometer melalui jalan darat dan 10 kilometer dengan menggunakan kapal feri dari Darwin – telah menjadi kasus klaim tanah Aborijin terpanjang dalam sejarah Australia.

Hari ini, di salah satu sudut pantai dengan latar belakang pusat bisnis Kota Darwin, ratusan orang berkumpul dibawah tenda merah menyaksikan para pemilik lahan adat menerima dokumen simbolik yang terbuat dari kulit kayu oleh Perdana Menteri Malcolm Turnbull. PM Malcolm Turnbull bersama beberapa anak Aborijin yang menghadiri upacara penyerahan kembali lahan Kenbi.

ABC News: David McMeekin

BACA JUGA: Mayoritas Tidak Setuju Lahan Pertanian Dibeli Asing

Jason Singh, pemilik tradisional di daerah tersebut, mengaku dirinya sedih lantaran ibunya tidak bisa menyaksikan acara penyerahan resmi ini.

"Ini merupakan hari besar bagi Kami ... akhirnya Kami harus menunggu lama untuk mendapatkan tanah Kami kembali.

Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Perdana Menteri Turnbull untuk berada bersama Kami di sini hari ini.

"Saya sangat senang setelah 37 tahun, Kita berhasil mendapatkan kembali tanah Kami. Saya sangat sedih bahwa ibu Kami tidak hadir di sini hari ini."

Mitra pemelihara Raelene Singh menyampaikan pendapat serupa.

"Seluruh nenek moyang Kami, ibu, ayah, kakek, yang mengajukan klaim ini... Mereka semua sudah meninggal. Sudah begitu lama mereka menunggu." Para pewaris dari warga Aborijin yang pertama kali mendaftarkan klaim lahan adat Kenbi mengungkapkan rasa 'pedih' yang mereka rasakan pada upacara penyerahan.

ABC News: David McMeekin

BACA JUGA: Ogoh-Ogoh dari Indonesia Tampil di Tasmania

Upacara ini dimulai dengan acara mengheningkan cipta selama satu menit untuk menghormati Mereka yang telah meninggal sebelum sempat menyaksikan acara tersebut.

Suasana perayaan ini sempat terusik oleh protes dari salah seorang tetua Larrakia, Eric Fejo, yang marah karena dikecualikan dari klaim KENBI, yang mengecam Kepala Menteri NT Adam Giles.

Fejo, yang tubuhnya dipenuhi cat tradisional, mempersoalkan komentar yang dibuat oleh Giles pada Mei lalu, ketika Ia mengatakan pengembaran dari masyarakat terpencil yang suka mabuk dan menyebabkan masalah di Darwin harus "piss off(menjauh)".

"Adam! Kau tidak berhak untuk mengatakan penduduk negara ini untuk ‘piss off," teriak Fejo.

"Negara Kami adalah disini, Negara Larrakia!"

Fejo kemudian membuang selembar kertas yang melambangkan dokumen Kertas Putih 'Pembangunan Kawasan Utara’, sebuah cetak biru pembangunan ekonomi yang dirilis pada tahun 2015 yang memicu kritik dari Dewan Tanah Adat Utara karena diduga kurang dikonsultasikan dengan orang-orang Aborigin.


Sebelumnya, Turnbull mengatakan dirinya ingin "memberi ucapan selamat kepada para pemilik lahan adat atas ketekunan, ketahanan dan tekad mereka selama lebih dari 37 tahun ".

"Hari ini menandai hari bersejarah dalam penyelesaian salah satu klaim tanah yang paling kompleks dan berlarut-larut dalam sejarah UU Hak Tanah.

"Atas nama Pemerintah Persemakmuran dan semua warga Australia, Saya mengucapkan selamat kepada pemilik tradisional atas ketekunan mereka, ketahanan mereka, tekad mereka lebih dari 37 tahun untuk melihat klaim tanah Kenbi bisa diselesaikan."

Turnbull mengatakan Ia mengakui bahwa "perjalanan menuju penyelesaian klaim tanah ini telah menjadi salah satu yang panjang dan sulit".

"Setelah melalui semua ini, lebih dari 37 tahun, Anda dan keluarga Anda tidak pernah menyerah," katanya kepada penonton yang berkumpul di bawah tenda merah di dekat laut.

"Klaim tanah Kenbi adalah pertempuran hak atas tanah yang diperjuangkan dengan sengit, tapi proses ini mewakili lebih banyak hal lain bukan hanya sekedar perjuangan memperebutkan tanah."

Turnbull mengatakan klaim ini merupakan "sebuah kisah yang mencontohkan kelangsungan hidup dan ketahanan warga Australia pertama, kelangsungan hidup dan ketahanan rakyat Larrakia" Anak Aborijin di tengah upacara penyerahan kembali lahan Kenbi yang sudah disengketakan selama 37 tahun.

ABC News: David McMeekin

Anggota parlemen NT untuk Lingiari, Warren Snowdon, memuji pidato Turnbull yang bipartisan, namun menuding Partai Country Liberal NT (CLP) berusaha "menggugurkan’ proses klaim lahan Kenbi ini.

"CLP tidak bipartisan pada tahun 1978 dan pada 1979 ketika pemerintah CLP ketika itu melakukan tindakan yang ditujukan untuk berusaha dan menggugurkan kelahiran proses klaim tanah ini, dan yang akhirnya berlanjut hampir 18 tahun untuk mencoba dan mencegah klaim ini mengalami kemajuan.

"Sekarang disayangkan sekali, dan sangat memalukan. Penting kita semua mengetahui bahwa ada begitu banyak luka yang disebabkan karena perselisihan yang ditumbuhkan ... dan kepedihan itu terus berlanjut sekian lama hingga hari ini.

"Sementara kita bisa meminta maaf atas rasa sakit itu, Kita tidak bisa memperbaikinya ...Kita tidak bisa mengembalikan rentang waktu 20 tahun tersebut."

Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.

Diterbitkan 21:45, 21/06/2016 oleh Iffah Nur Arifah.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Terkesan Tradisi Ramadan, Dubes Australia Bukber 15x

Berita Terkait