Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

“AHY The Next Leader' Politik Jalan Tengah Solusi Indonesia Kini

Oleh Boni Jebarus, Anggota DPRD Provinsi NTT

Rabu, 03 Mei 2017 – 02:40 WIB
“AHY The Next Leader' Politik Jalan Tengah Solusi Indonesia Kini - JPNN.COM
Anggota DPRD Provinsi NTT Boni Jebarus. FOTO: Istimewa for JPNN.com

Putaran pertama tak disangka, kuda hitam jatuh. Yang sebelumnya melejit merajai survei babak belur di bully lantaran ide besar rumah apung dipinggir kali seperti kota-kota di Italia.

Fanatisme pendukung lain, bak singa ganas ditengah padang mencibir tak henti. Mereka tak punya mimpi dan harapan. Yang ada cuma perasaan membabi buta. Ditambah parah ibu calon wakil dipanggil polisi karena dana pramuka tahun 2010. Ah jauh kali bah. 2017 mau pilkada baru buka barang itu, kata anak Medan. Yaa itulah ibu kota kita, katanya masyarakat ibu kota pusat dari segala pusat. Termasuk pusat pertukaran gagasan. Yang ada hanya perang sentimentil kuat teriak seperti monyet di hutan gersang.

Kuda hambalang meliuk-liuk dit engah gempuran terhadap AHY. Berselanjar dengan ekstrem kiri dominan fundamentalis. Menari di atas gelombang ganas sesama penantang. Mungkin juga tertawa terbahak menatap lawan sambil berkata kami tunggu di tikungan. Dan faktapun terjawab kuda Hambalang menembus putaran.

Kuda juara bertahan tak kalah garang. Mengepung dari berbagai penjuru. Istana katanya turun tangan. Nasionalis menebar retak, selamatkan NKRI dan Pancasila katanya. Namun ekstrim minoritas mengepakan sayap. Semi-nasionalis mungkin kata yang cocok. Faktapun berbicara, juara bertahan gunda-gulanah. Satu putaran tak didapat.

Putaran kedua, suhu politik dinamis. Karena AHY keluar gelanggang. Istana bertemu mantan. Sejuk katanya. Adem bilangnya.

Kini yang tersisa serpihan pemilik suara mudah ditebak. Benturan ekstrim kiri ditopang fundamentalis dan ekstrem kanan ditopang semi nasionalis. Namun di balik layar kaum pemilik modal tertawa ngakak sambil main kangkang. Kapitalis tak nikah dengan ideologis. Tapi kawin dengan siapa saja yang penting aman.

Potensi benturan itu sudah diingatkan jauh oleh Samuel P. Huntingron dalam teori Benturan peradaban atau clash of civilizations (CoC) tahun 1992. Dimana identitas budaya dan agama seseorang akan menjadi sumber konflik utama di dunia pasca-Perang Dingin. Dan pak SBY pernah memberi warning soal dahsyatnya Arab Spiring dimana tak ada aktor penggerak dimana spontanitas massal menembus jarak. Beruntunglah istana tanggap dengan bermuram durja dan aparat TNI dan Polri siap membela rakyat.

Itulah kekinian kita, bergerak di dua aras utama. Nasionalis dan agamis. NKRI dan Pancasila. Yang mengakui negara berketuhanan. Bukan negara agama. Tetapi negara beragama. Maka jalan yang dipilih mesti berdiri kokoh di tengah antara nasionalisme dan berketuhanan. Politik jalan tengah yang digagas SBY kini berada di pundak AHY. Aku dan jiwaku menaruh harapan padamu.

Masih ingatkah Gede Mata? Gede mata adalah singkatan dari gerakan desa masuk kota. Gerakan dari daerah untuk masyarakat Jakarta. Gerakan yang digagas

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close