Aksi Marinir Indonesia yang Stupid Crazy VS Gengster Pelabuhan (1)
jpnn.com - SELURUH pelabuhan besar di Indonesia dikuasai gengster. Para pejabat tinggi terlibat. Untuk membereskan masalah ini, pemerintah menerjunkan KKO, nenek moyang Marinir Indonesia yang stupid crazy. Berhasil?
=======
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
=======
Dr. Leimena selaku Menteri Distribusi Kabinet Kerdja rezim Soekarno resah. Lebaran 1960 sudah di depan mata, tapi roda perekonomian macet. Setelah diteliti, satu di antara pangkal soalnya ada di pelabuhan.
Pemerintah menyimpulkan bahwa di pelabuhan terjadi mismanagement dan ketidakseragaman meliputi hampir semua bidang pelayaran; kaum pencoleng, yaitu orang-orang yang tidak bertanggungjawab berkeliaran di pelabuhan-pelabuhan, sehingga para pegawai tidak dapat bekerja dengan tenang; penyelundupan legal dan ilegal terjadi di mana-mana, hingga kekayaan negara dialirkan keluar negeri.
Februari 1960, pemerintah menyerahkan tanggungjawab membereskan pelabuhan-pelabuhan yang sebelumnya dipegang Angkatan Darat kepada Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).
Ketika ditanya apakah sanggup menangani 15 pelabuhan yang terpenting, yakni Tanjung Priok, Tanjung Perak, Semarang, Cirebon, Belawan, Palembang, Banjarmasin, Balikpapan, Makassar, Manado, Bitung, Ambon, Benoa, Kupang dan Ternate, Angkatan Laut menyatakan kesanggupannya, tapi tidak sekaligus.
Pertama yang diterima adalah Tanjung Priok. Ini merupakan, "pelabuhan yang terbesar, yang merupakan suatu test case bagi AL, oleh karena di pelabuhan inilah terjadi hal-hal yang sungguh-sungguh di luar garis-garis ketertiban umum," tulis majalah Jalasveva Jayamahe, terbit akhir 1960.
Untuk tugas ini, ALRI membentuk Operasi Tertib. Sebagai komandan operasi ditunjuk Ltk. Srijono Prodjosukanto, yang pada waktu itu menjabat Peperpu Laut.