Anak-Anak Muslim Komunitas Punk Berdakwah lewat Punkajian
Dulu Sarang Copet, Kini Rumah PertobatanJumat, 21 Mei 2010 – 08:16 WIB
Punk muslim dibentuk pada 2007, tepatnya Ramadan, di rumah singgah anak jalanan, Sanggar Oedix, sebelah kiri Terminal Pulo Gadung. Rumah tersebut dulu merupakan tempat berkumpul para preman, copet, penodong, dan pengamen. Berkat tangan dingin Ketua Panji (Persaudaraan Anak Jalanan Indonesia) Budi Khaironi (almarhum), rumah itu berubah menjadi tempat pertobatan anak jalanan.
Sampai 2009, kelompok punk muslim belum berani terang-terangan menunjukkan eksistensi. Saat ini tak kurang dari 15 anak punk yang tinggal di Sanggar Oedix. "Tahun ini kami ingin kegiatan terbuka. Misalnya, punkajian di terminal atau halte-halte," tutur Zaki. Tujuannya, setidaknya mengimbau anak punk agar mau mandi. "Kalau sebelumnya mereka nggak mandi sampai empat tahun, kami usahakan mau wudu, bersih-bersih badan," sambungnya.
Dharma Putra, salah seorang anggota punk muslim, mengakui awalnya susah mengikuti jalan hidup islami. Sebab, tiap hari dia hanya memikirkan cara mendapatkan uang. Dengan mengamen di Terminal Pulo Gadung mulai pagi sampai malam, dia bisa mendapatkan uang minimal Rp 100 ribu. "Karena dapatnya gampang, ya untuk beli minuman, narkoba. Sekarang, alhamdulillah tidak lagi. Ngamen masih, salat jalan terus," ucap laki-laki 26 tahun itu.