Anak-Anak Muslim Komunitas Punk Berdakwah lewat Punkajian
Dulu Sarang Copet, Kini Rumah PertobatanJumat, 21 Mei 2010 – 08:16 WIB
Asap rokok mengepul ditemani makanan seadanya. Mereka bicara tentang berbagai hal, mulai musik hingga masalah-masalah jalanan. Salah seorang dari Klender mengadu pernah dipukul seorang preman. Pengaduan itu ditanggapi serius oleh kelompok punk muslim. Mereka berjanji membantu. "Kalau mau gabung punk muslim, kami bantu tangkap orang itu. Nanti, banyak teman pengacara yang bantu," ujar Zaki.
Lelaki 25 tahun yang bekerja di Dompet Dhuafa tersebut mengungkapkan, punk jalanan hampir tak pernah salat. Mereka menganggap salat dan Tuhan tidak berguna. "Tuhan mereka adalah uang," ujarnya. "Mereka rata-rata ateis sosialis. Kalau ada yang beragama, itu bisa saja. Tapi secara komunitas, (punk) nggak mengenal (Tuhan, Red)," jelas dia.
Di forum tersebut, beberapa anggota punk muslim menceritakan pengalaman mereka di jalanan dengan bahasa anak jalanan. Kemudian, barulah mereka menyelipkan petuah-petuah tentang kehidupan yang lurus. Menurut Zaki, rata-rata punk jalanan bingung menjawab, apakah punk bisa menjadi jaminan masuk surga. "Biasanya, ada yang tobat. Ada yang salat tahajud saja, tapi tidak salat lima waktu. Lumayan lah," ungkapnya lantas terkekeh.