Antara Kasus JIS, Si Emon di Cirebon dan Rekayasa Sistematis
jpnn.com - JAKARTA - Guru Besar Fakultas Psikolog Universitas Atmadjaya Jakarta Irwanto menilai kasus dugaan kekerasan seksual di JIS merupakan salah satu bukti opini publik telah berhasil merekayasa fakta peristiwa yang sesungguhnya terjadi.
Akibatnya, pengungkapan kasus ini menjadi tidak netral dan para guru serta pekerja kebersihan harus menanggung dampak hukum dari peristiwa yang tidak pernah mereka lakukan.
Menurut Irwanto, kasus JIS ini sangat aneh jika dibandingkan kasus pelecehan seksual lain yang damage-nya jauh lebih besar. Publik dan aparat penegak hukum diarahkan untuk menghakimi JIS secara cepat dengan opini yang terstruktur dan massif.
“Kondisi inilah yang tidak disadari oleh sebagian penegak hukum kita, mereka ikut terjebak dalam pusaran rekayasa," kata Irwanto, Selasa (14/4) kepada wartawan.
Dia mengatakan, targetnya adalah segera menemukan pelakunya, menghukumnya dan memenjarakannya. Opini publik yang begitu luar biasa menghakimi JIS ikut menentukan putusan di dalam ruang sidang.
"Semoga majelis banding tidak terpengaruh opini publik, tapi benar-benar mengungkap kebenaran yang sesungguhnya,” ujar Irwanto.
Ia lantas membandingkan kasus dugaan kekerasan seksual di JIS dengan kasus serupa yang melibatkan Andri Sobari alias Emon di Sukabumi, Jawa Barat.
Dalam kasus Emon, korbannya mencapai lebih dari 125 anak. Tapi pemberitaan kasus ini sangat terbatas, di samping itu pendampingan dari lembaga anak juga nyaris tak terdengar.