Anton Si Terduga Teroris Ditembak Mati, Belum Bayar Utang
Usahanya kebanjiran pesanan dari warga. Meski demikian, sifat Anton tak berubah. Tetap tertutup. ’’Jarang komunikasi, tapi orangnya ramah dan baik,’’ terang Budi Santoso, ketua RT 11 Manukan Indah, saat ditemui di rumahnya, Rabu pagi (16/5).
Bani juga mengenang, Dedy berkarakter mirip si kakak. Pria 45 tahun itu juga dikenal tertutup. ’’Dia juga pendiam dan suka menitip arisan setiap minggu. Tapi, sudah dua bulan dia nggak nitip arisan dan menghilang,’’ katanya.
Selama tinggal di Manukan Indah, Anton dikenal sebagai sosok agamais. Dia rajin mendatangi sejumlah pengajian beserta keluarga. Saking agamaisnya, dia enggan melakukan kontak fisik atau sekadar bersalaman dengan lawan jenis.
Diperkirakan, menjelang 2006, dia memutuskan untuk pindah rumah dari orang tua dan adiknya. Lantas mengontrak rumah tak jauh dari rumah keluarganya selama setahun. ’’Pernah tinggal di RT 10. Setelah itu pindah ke RT 11,’’ terangnya.
Kemudian, dia kembali pindah ke Gedangan, Sidoarjo. Sementara itu, ibu dan adik-adiknya masih berada di Manukan Indah. ’’Sejak saat itu dia nggak ada kabar,’’ lanjutnya.
Rumah orang tua Anton dan Dedy tak lagi ditinggali sejak sang ayah yang merupakan pensiunan TNI-AL meninggal pada akhir 2010. Kepada salah seorang tetangga, Anton sempat menjadikan rumah itu sebagai jaminan utang.
Utang 15 juta itu belum dibayar sampai kini. Belakangan diketahui, ternyata dia juga menjaminkan rumah tersebut ke banyak pihak lain. Para tetangga di Manukan Indah baru mengetahui lagi kabar Anton saat muncul kabar dia tewas. Ternyata, sejak 2015 dia tinggal di Rusunawa Wonocolo bersama istri dan keempat anak.
Di rusunawa itu pula, di lantai yang sama tapi di rusun yang berbeda, tinggal ibunda Anton, Sukowati, dan adiknya, Adhi Hartono alias Dodi. Anton tinggal di kamar nomor 2, Sukowati di kamar nomor 5, sedangkan Adhi di nomor 20.