Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Anwar Ujang, Kapten Timnas Era 70-an yang Terlupakan

Pele Memuji: Nomor Lima Pemain Terbaik

Jumat, 27 Juni 2014 – 16:43 WIB
Anwar Ujang, Kapten Timnas Era 70-an yang Terlupakan - JPNN.COM
SISA-SISA KEBANGGAAN: Anwar Ujang dengan foto-foto kenangannya saat masih menjadi kapten timnas pada era 1970-an. Salah satunya foto bersama Pele. Foto: Muhammad Amjad/Jawa Pos

Itu terbukti, misalnya, dia hampir tidak pernah diundang bila PSSI ulang tahun. Padahal, juniornya seperti Sutan Harhara pernah dilihatnya mendapatkan penghargaan dan dipercaya PSSI. Bukan cuma diingat dan terus dilibatkan, tapi juga dihargai dengan mendapatkan pensiun sebagai mantan atlet timnas seumur hidup.

”Kadang saya iri dan merasa kok tidak dihargai, ya. Tapi, saya nggak mau menuntut. Kayaknya PSSI ataupun pemerintah kurang tertib dalam administrasi. Mungkin tidak punya berkas lengkap sehingga saya terlupakan,” tutur lelaki kelahiran 2 Maret 1945 tersebut.

Dengan pandangan nanar, dia menceritakan bagaimana dirinya saat masih aktif pernah bermain melawan Pele, legenda sepak bola dunia asal Brasil. Meski kalah 3-2 melawan Santos, klub Pele, Ujang sempat mendapat pujian dari sang maestro itu.

”Pemain nomor 5 pemain terbaik,” kata Ujang menirukan pujian Pele dan ulasan-ulasan di media pada 1972.

Saat itu menjadi pemain timnas sangatlah sulit. Seleksinya tak mudah. Tapi, bila bisa lolos seleksi, bangganya luar biasa. Apalagi menjadi kapten timnas menggantikan Soetjipto Soentoro, seniornya.

”Tidak mudah menjadi kapten timnas. Pertimbangan untuk menentukan sang kapten pun cukup lama. Pokoknya, jadi kapten timnas dulu dan sekarang berbeda. Dulu rasanya sakral sekali,” tutur pemain yang memegang kapten timnas sejak 1970 sampai 1974 itu.

Namun, rasa bangga, totalitas, dan usaha kerasnya di timnas sekarang seperti terlupakan. Padahal, Ujang sejatinya masih ingin berkecimpung di sepak bola dan turut membantu pembinanaan sepak bola usia dini di Indonesia.

Terbukti, pascapensiun pada awal 2000, dia sempat melatih anak-anak di Medan, tempat tinggalnya selama bekerja di sana. Pada 2010, dia memilih pulang ke kampung halaman di Cikampek dan mendirikan Sekolah Sepak Bola (SSB) Anwar Ujang.

SOSOK lelaki dengan usia yang tak muda lagi itu menyambut kedatangan wartawan Jawa Pos di rumah anaknya, kawasan Multatuli, Medan, Rabu (25/6). Dengan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News