Apa yang Bisa Dicontoh Jakarta dari Brisbane Untuk Bisa Menjadi Tuan Rumah Olimpiade?
Meski hanya berpenduduk 27 juta jiwa, Australia tak kalah bersaing negara-negara besar lain, seperti Amerika Serikat (328 juta penduduk), Tiongkok (1,4 miliar penduduk), Rusia (144 juta penduduk), dan Jepang (126 juta penduduk) yang sedang menjadi tuan rumah Olimpade tahun ini.
Bahkan di Olimpiade Tokyo kali ini, Australia menjadi negara ketiga dengan jumlah kontingen terbesar dengan menurunkan 478 atlet yang bertanding di 33 cabang olahraga, disusul Amerika Serikat 613 atlet dan tuan rumah Jepang dengan 552 atlet.
Jika di pertandingan olahraga tingkat internasional lainnya, negara bisa mengirim atlet untuk bertanding, sebaliknya di Olimpiade hanya mereka yang melewati babak kualifikasi yang bisa bertanding.
Olahraga sudah jadi 'gaya hidup' Australia
Keberhasilan Australia mengirimkan jumlah atlet terbanyak sepanjang sejarah Olimpiade, di tengah pandemi COVID-19, semakin menguatkan posisinya sebagai negara dengan penduduk yang tergila-gila dengan olahraga.
Setiap tahun Australia menjadi tuan rumah berbagai kejuaraan internasional mulai dari olahraga beregu seperti kriket, rugby sampai ke olahraga perseorangan, seperti tenis dan balap mobil Formula Satu.
Australia juga memiliki kompetisi olahraga unik bernama sepakbola gaya Australia (AFL), sebuah kompetisi tahunan yang diselenggarakan dengan pertandingan final yang dilangsungkan di Melbourne setiap akhir September dan dihadiri lebih dari 100 ribu penonton.
Dengan kuatnya olahraga di Australia, maka terpilihnya Brisbane, yang juga pernah jadi tuan rumah Pekan Olahraga antar negara Persemakmuran, atau Commonwealth Games di tahun 2018, menjadi sebuah kelayakan untuk menjadi tuan rumah Olimpiade.
Mantan pebulutangkis Indonesia Elizabeth Latif yang sekarang tinggal di Perth, ibu kota Australia Barat, menyimpulkan dengan sederhana mengapa Australia berprestasi begitu bagus di arena seperti Olimpiade.