APJI Dorong Pemerintah Stabilkan Harga Jagung
jpnn.com, SURABAYA - Setiap tahun lahan pertanian di Indonesia, khususnya di Jawa Timur selalu mengalami pengurangan. Salah satu penyebabnya adalah banyak masyarakat yang sudah enggan terjun di dunia pertanian.
Hal ini disebabkan karena ketidakstabilan harga hasil pertanian yang dianggap tidak mampu menutupi modal para petani, khususnya petani jagung. Untuk itu, Asosiasi Petani Jagung Indonesia (APJI) mencoba berbagai cara untuk kembali memperluas lahan pertanian dan meningkatkan kemampuan para petani.
Ketua APJI, Sholahudin menjelaskan, sejak dibentuk pada tahun 2015 lalu, APJI mucul sebagai organisasi yang bertugas mewadahi keluhan-keluhan para petani jagung.
Anggota mencoba mengetahui apa yang menjadi kendala para petani, hingga mereka mulai ogah untuk menanam jagung di sawahnya.
Dari hasil riset di beberepa daerah, pihaknya mengetahui jika kebanyakan petani jagung mengeluh dengan ketidakstabilan harga jual dari hasil panen.
”Mereka mengeluh, seringkali hasil panen hanya cukup untuk mengganti modal pembelian pupuk dan penggarapan sawah saja. Sebab, setiap panen harga jagung selalu turun,” ungkap Sholahudin.
Ia menjelaskan, keluhan inilah yang akhirnya ditampung dan disampaikan kepada pemerintah. APJI mencoba mempengaruhi kebijakan dan mendesak pemerintah untuk membenahi tata niaga jagung di Indonesia yang dinilai belum menguntungkan petani.
”Tentunya kebijakan yang harus diambil pemerintah adalah yang pro petani. Kami meminta pemerintah agar benarbenar menjaga kebijakan dalam perbaikan tata kelola tata niaga jagung. Dalam hal ini melalui Perum Bulog,” lanjutnya.
Selain menjaga kestabilan harga, pihaknya juga meminta kepada pemerintah untuk mengurangi impor jagung. Sebab, banyaknya impor jagung tersebut menjadi faktor anjloknya harga milik petani.