ATVI Gelar Bedah Buku Tentang Perspektif Komunikasi, Media Digital dan Dinamika Budaya
Yasraf melihat banyak sisi soal era digital saat ini. Misalnya, bagaimana perbedaan antara media mainstream lama dengan media digital yang lebih praktis.
Bahkan dengan perkembangan terakhir yang mencerminkan multikomunikasi, siapa pun bisa membuat konten dan menilai konten lain melalui media digital.
Dimensi budaya yang nyata terasa saat ini, lanjut Yasraf, misalnya sebelumnya kita menganggap bahwa kehidupan itu bagaikan waktu kronologis yang dilukiskan dari babakan masa lalu, masa kini dan masa depan.
Namun, saat ini kita sebut sebagai waktu chronoscopic, tidak lagi kronologis. Jadi, sifat chronoscopic, yaitu kita bisa berkomunikasi (atau hidup) di satu tempat yang sama (di layar TV/Komputer) meski tempatnya berjauhan, bahkan lintas negara. Perubahan budaya berkomunikasi saat ini juga mengubah sikap dan persepsi kita tentang dimensi kehudupan.
Yang menarik juga diungkapkan Yasraf, bagaimana perubahan cara berkomunikasi yang menyangkat tulisan dalam WA atau Twitter. Di WA atau Twitter, hampir semua dilakukan dengan mempersingkat kata,
“Jangan-jangan lama-kelamaan orang ingin membuat skripsi, tesis ataupun disertasi dengan singkat saja,” kata Yasraf bergurau.
Begitu juga dimensi lain dari pola komunikasi melalui pesan di media sosial yang justru bukan lagi mementingkan konten yang komunikatif dan baik, tetapi bagaimana konten pesan itu segera dibalas.
“Jadi, yang penting itu membalas apa saja, bukan memperhatikan pesan yang sebetulnya sangat pokok,” ujar Yasraf.