Balitbangtan Siapkan Padi Hemat Pupuk Fosfat 50 Persen
jpnn.com, JAKARTA - Pernahkan Anda membayangkan menanam padi dengan dosis pupuk sedikit dengan hasil sama dengan sekarang? Balitbangtan saat ini sedang merakit tanaman padi yang efisien menggunakan pupuk fosfat atau pupuk P.
Perakitan varietas unggul baru (VUB) menggunakan bioteknologi. Bukan produk rekayasa genetika (PRG) namun memanfaatkan bantuan marka molekuler.
Sudah menjadi kebiasaan umum petani seringkali memberikan pupuk dengan dosis melebihi yang dianjurkan. Padahal, untuk pemberian pupuk P misalnya, tidak semuanya bisa diserap tanaman.
Menurut Mastur, pada tanah mineral masam seperti tanah Ultisol, Oxisol, dan Spodosol pupuk P yang diberikan hanya diserap tidak lebih dari 10 persen. Pada tanah mineral seperti umumnya di Jawa penyerapan bisa lebih dari 10 persen, namun biasanya tidak lebih dari 20 persen.
Pada tanah-tanah masam ion aluminium dan atau besi menyebabkan ion fosfat berubah menjadi bentuk tidak bisa diserap karena biasanya membentuk senyawa mengendap Al-P atau Fe-P. Pada tanah pH tinggi ion kalsium bisa menyebabkan ion fosfat tidak tersedia karena biasanya membentuk senyawa endapan Ca-P.
Tanah dari gunung api yang disebut Andisol yang punya banyak bahan amorf alofan juga banyak mengikat ion fosfat. Oleh karena itu, pemupukan yang berlebihan selain akan menguras kantong petani juga tidak akan bermanfaat bagi tanaman itu sendiri. P akan menumpuk seperti pada tanah sawah di Jawa yang lama dipupuk P.
Memang betul penanaman dengan sistem organik akan bisa mengurangi pemakaian pupuk kimia, namun pupuk ini memerlukan cara penyediaan yang tidak mudah, sedangkan produk yang dihasilkan harganya masih terlalu tinggi untuk konsumen kebanyakan.
Selain masalah di atas, kelangkaan pupuk dan pupuk yang dipalsukan seolah tak pernah lepas dari kehidupan petani. Bahan baku pupuk ini banyak diimpor karena tambang mengandung fosfat yang terdapat di Indonesia tergolong rendah.