Bea Cukai dan Mahasiswa Berkolaborasi, Wujudkan Pengembangan Ekonomi Daerah
Ekspor olahan sawit belum dilaksanakan secara langsung dari Sampit. Produk yang diekspor dari Sampit hanya lah produk olahan CPO yang nilainya tak terlampau tinggi, seperti bungkil atau palm kernel expeller.
Beberapa hal yang menjadi kendala pelaksanaan ekspor langsung ini adalah dangkalnya Sungai Mentaya sebagai jalur kapal ukuran besar untuk masuk ke Pelabuhan Bagendang Sampit dan fasilitas yang belum memadai di sana.
Kualitas SDM di Sampit pun menjadi perhatian, karena banyaknya generasi muda yang lebih fokus untuk mencari kerja daripada menuntut ilmu.
Atas kondisi yang ada, Encep menegaskan bahwa Bea Cukai melalui Bea Cukai Sampit akan berusaha memaksimalkan pelayanan dan pengawasan kepabeanan agar tidak ada kerugian negara atau potensi penerimaan yang hilang.
"Fungsi Bea Cukai sebagai trade fasilitator dan industrial assistance juga akan semakin kami optimalkan, sehingga para pelaku usaha di Sampit bisa mendapatkan pendampingan untuk mengembangkan usahanya dan melaksanakan ekspor," katanya.
Hasil nyata dari komitmen tersebut dapat terlihat dari terbentuknya dua kawasan berikat di Sampit yaitu PT Sukajadi Sawit Mekar dan PT SJIM yang berperan besar pada perekonomian Sampit.
"Namun perlu kami tegaskan bahwa pengembangan ekonomi daerah memerlukan kolaborasi antarpihak, seperti pemerintah daerah, masyarakat, penegak hukum, dan pelaku usaha. Para mahasiswa pun dapat terlibat dan berkontribusi aktif dengan mengawal dan menyebarluaskan informasi program-program pemerintah, agar semakin banyak masyarakat yang paham dan mendukung," lanjutnya.
Encep berharap kolaborasi antara Bea Cukai dan mahasiswa dapat berjalan dengan baik, khususnya dalam hal penggalian potensi ekspor pelaku usaha lokal serta pengembangan ekonomi daerah. (jpnn)