Begini Prediksi Sri Mulyani soal Kondisi Ekonomi Indonesia pada 2021, Semoga Ada Titik Terang
Dia memandang defisit transaksi berjalan akan tetap rendah, karena mendukung ketahanan eksternal dan stabilitas nilai tukar ke depan.
Perry menambahkan cadangan devisa akhir Juli 2020 lalu tercatat sebesar USD 135,1 miliar. Menurutnya, hal ini juga mewarnai penguatan nilai tukar dari posisi terlemah akhir Maret 2020 lalu.
"Itu akan mengalami penguatan meskipun Agustus 2020 ini ada tekanan berkaitan ketidakpastian global dan dalam negeri," katanya.
BI berpandangan bahwa nilai tukar rupiah ke depan berpotensi akan menguat. Hal itu seiring levelnya yang sekarang ini secara fundamental masih under value, didukung inflasi rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan rendah, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang akan menurun.
Karena itu, Perry menyatakan bahwa asumsi pemerintah terkait rata-rata nilai tukar rupiah dalam RAPBN 2021 Rp 14.600 per dolar sejalan dengan perkiraan BI.
"Kami memperkirakan bahwa rata-rata nilai tukar 2021 berkisar Rp 13.900 sampai Rp 14.700 er dolar Amerika Serikat," ungkap Perry.
Dari sisi inflasi, Perry mengonfirmasi akan tetap rendah. Hal itu disebabkan antara lain karena permintaan meski sudah meningkat, tetapi bisa dipenuhi oleh kapasitas produksi, adanya panen raya, serta koordinasi yang erat antara BI dan pemerintah untuk pengendalian di pusat dan daerah.
"Karena itu, untuk 2021 kami memperkirakan inflasi akan tetap terkendali dalam sasarannya tiga persen plus minus satu persen pada 2021 yang tadi sama seperti dikatakan Bu Menteri Keuangan," ungkap Perry.