Benteng di Nusakambangan, Tempat Berlindung dan Gempur Musuh
Posisi benteng itu agak naik di perbukitan. Tetapi, ada jalan setapak menuju ke sana. Jalannya sudah bagus, tidak seperti jalan menuju gua di Cimiring.
Begitu memasuki kompleks benteng, kami bagaikan masuk dalam lorong waktu. Sebab, vegetasi di sekitar benteng dibiarkan alami. Pohon-pohon besar dan tua dengan akar-akar yang menjuntai di permukaan tanah tersebar di kanan-kiri benteng.
Beberapa bagian benteng masih utuh. Namun, sebagian lainnya sudah tergerus alam. Pintu dan kerangka dari besinya sudah hilang. Meriam yang biasanya ada di setiap benteng juga sudah lenyap. Yang tersisa tinggal batang meriamnya yang telah dipotong-potong dengan menggunakan las.
Menurut catatan Ady, Benteng Karangbolong awalnya dibangun Inggris pada 1812. Namun, pada 1816, Belanda berhasil merebut dan menjadikannya sebagai titik terdepan pertahanan di sisi selatan Jawa.
’’Pembangunan benteng ini dilakukan oleh narapidana di era penjajahan. Mereka dipekerjakan secara paksa,’’ kata Ady.
Dari strukturnya, ada dua model bangunan di Benteng Karangbolong. Bangunan aslinya dibuat dengan mengepras bukit kapur. Lalu, ada bangunan tambahan berupa cor-coran semen dan tumpukan bata.
’’Mungkin tambahan itu dibuat menjelang kedatangan Jepang pada Perang Dunia II,’’ ujar alumnus ITS tersebut.
Dari sisi konstruksi, Ady melihat ada kesamaan antara Benteng Karangbolong dan Benteng Kedung Cowek, Surabaya. Antara lain dari konstruksi lengkung, penempatan meriam, dan lokasi benteng yang berada di tepi pantai. Beberapa bangunan baru yang terbuat dari cor-coran semen juga mirip dengan bungker-bungker di Normandi, Prancis.