Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Budaya Agraris: Poros Maritim Dunia?

Dr. Ma’ruf Cahyono, S.H., M.H The Cahyono Institute

Kamis, 08 Juli 2021 – 17:00 WIB
Budaya Agraris: Poros Maritim Dunia? - JPNN.COM
Ilustrasi: ANTARA/Kemenhub

Presiden Soekarno membangun Petrokimia di Gresik setelah sebelumnya membangun PT Pupuk Sriwidjaja, Palembang, Sumatera Selatan, tahun 1959. Pabrik-pabrik itu dibangun untuk memproduksi pupuk-pupuk yang dibutuhkan oleh petani guna meningkatkan produksi
pada lahan-lahan yang ada.

Dengan berdirinya pabrik-pabrik pupuk yang ada memudahkan Presiden Soeharto untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri guna mengurangi ketergantungan impor beras dari negara lain. Untuk itu, Presiden Soeharto pada masa-masa pemerintahannya terutama sebelum
1984, sangat intens dan fokus pada dunia pertanian.

Pada masa-masa itu, lahan di Jawa bisa dikatakan sangat memadai meski demikian dirinya mengadakan program transmigrasi.

Program dengan dalih mengentaskan kemiskinan ini menawarkan dan mengajak masyarakat di Jawa dan Bali untuk ditempatkan di lahan-lahan yang ada di Sumatera, Kalimantan, ada pula yang di Sulawesi, dan di sana mereka dijadikan petani, entah sebelumnya mereka petani atau
profesi lainnya. Diharap dari lahan-lahan yang diberikan seluas 2 hektar itu, mereka mampu menghasilkan padi menjadi beras.

Terlepas dari pro dan kontra, program transmigrasi mendapat apresiasi dan menghasilkan penyebaran penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Tempat-tempat yang dulunya hutan, rawarawa, dan tak tersentuh oleh manusia, sekarang menjadi kota-kota baru di Sumatera, Kalimantan,
dan Sulawesi.

Berbagai program, dukungan, dan bantuan kepada para petani untuk meningkatan hasil produksi dari sawah. Produksi padi dari tahun ke tahun pun meningkat. Bukti dari itu semua adalah terlihat pada Konferensi XXIII FAO di Roma, Italia, 14 November 1985. Pada saat itu, Direktur Jenderal FAO Dr. Eduard Saoma mengundang Presiden Soeharto untuk menyampaikan pidato di Forum FAO.

Soeharto diberi kesempatan terhormat dalam forum tersebut karena FAO mencatat capaian swasembada pangan yang diraih Indonesia pada tahun sebelumnya, 1984.

Soeharto sendiri dihadapan peserta sidang FAO mengatakan, jika pembangunan pangan kami dapat dikatakan mencapai keberhasilan, maka hal itu merupakan kerja raksasa dari suatu bangsa secara keseluruhan.

Di depan anggota MPR Periode 2014-2019, saat Joko Widodo dilantik menjadi Presiden Periode 2014-2019, 20 Oktober 2014, dalam sambutan Presiden Joko Widodo dengan tegas dan lantang mengatakan kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk mengembalikan I

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close