Bukan SP 11 Maret, Tapi 12 Maret! Ini Faktanya...
Pemandangan Gelora Bung Karno hari itu lain dari biasanya. Di dinding ruangan, tak ada lagi semboyan; Hancurkan Nekolim! Imperialis Amerika Go To Hell! Ganjang Malaysia!
Semua telah berubah. Kaum mahasiswa yang biasanya meneriak-pekikkan, "hidup Bung Karno" di stadion utama itu, kini menyebarkan famplet yang menyeru MPRS agar memberhentikan Soekarno.
Sejumlah mahasiswa anti-Soekarno lainnya memayungi tamu perempuan.
"Serombongan wakil mahasiswa diundang ikut bersidang. Mereka duduk di antara anggota DPR GR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong--red)," tulis O.G. Roeder, dalam Soeharto—Dari Pradjurit hingga Presiden.
Di depan, Ketua MPRS Djendral Nasution dan empat orang wakilnya duduk diapit Ketua DPR GR H.A. Sjaichu di sebelah kiri dan Jenderal Soeharto di sebelah kanan.
Sidang dimulai dengan pidato Ketua MPRS disusul pidato Ketua DPR GR.
Ruang sidang yang semula tenang-tenang saja, mendadak bergemuruh ketika resolusi DPR GR dibacakan. Yakni, menunjuk Soeharto sebagai presiden.
Orang-orang bersorak-sorai dan bertepuk tangan.