Bung Karno: Masak Opo Bu? Oo, Sego Jagung, Aku Melok Mangan yo
Di kampung ini, warganya tidak hanya hapal lima sila dalam Pancasila, namun mereka menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga rasa nasionalisme dan kebanggaan mereka sebagai warga Indonesia tidak usah diragukan lagi.
Kampung Pancasila di era penjajahan Belanda merupakan bekas Kebun Kina milik Belanda yang akhirnya direbut oleh para pejuang. Di tempat ini, oleh para pejuang diberi nama Jalan Pancasila.
Jalan ini sempat berubah beberapa kali, bahkan terakhir diubah oleh mahasiswa KKN dengan Jl Tangkuban Perahu, namun nama-nama jalan baru itu luntur dengan sendirinya, sebab warga mengenal kampung ini dengan sebutan Kampung Pancasila.
Kampung yang berada di Dusun Wonorejo RW 12, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji ini masyarakatnya hidup dengan sangat rukun, dengan toleransi beragama yang sangat tinggi.
"Bahkan ada yang menyebut kampung ini punya tiga hari raya, yakni Hari Raya Idul Fitri, Natal dan Nyepi. Karena setiap tiga hari raya ini, semua warga merayakannya, tidak hanya umat yang beragama Islam saja, Kristen saja, atau Hindu saja," ujar Suliono, Kades Tulungrejo.
Urusan ibadah tetap menjadi urusan masing-masing agama, namun urusan silaturahmi saat hari raya, semua umat mengikuti.
"Kalau hari Raya Idul Fitri yang anjangsana ke rumah umat muslim tidak hanya yang muslim, tapi juga umat Kristen dan Hindu serta agama lain," ujar Suliono.
Begitu juga saat Natal dan Nyepi, warga muslim juga melakukan anjangsana ke rumah umat Kristiani dan Hindu. Dengan kerukunan dan toleransi yang tinggi ini, membuat Kampung Pancasila menjadi kian terasa damai.