Cari Solusi, Menkop dan UKM Datangi Sentra Bahan Baku Rotan di Banjarmasin
jpnn.com, BANJARMASIN - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki melakukan kunjungan kerja ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Kunjungan diawali dengan meninjau PT Sarikaya Sega Utama sebagai produsen dan eksportir rotan dan wood carpet. Teten mendengarkan masukan hingga keluhan terkait bahan baku rotan.
Menteri Teten Masduki mengatakan, pihaknya ingin melihat secara langsung permasalahan rotan, mulai dari hulu. Karena menurutnya, saat ia mendatangi sentra furnitur di Jawa Tengah beberapa hari lalu, ditemukan adanya pasokan bahan baku yang tidak stabil. "Saya kemari ingin lihat problem rotan dihulunya, seperti apa. Karena kemarin keliling di sentra furnitur di Jateng. Memang ada problem supply yang tidak stabil, kurang di hulunya," tegas Teten Masduki
Ia mengaku, terbatasnya pasokan ke wilayah Jawa, disebabkan para petani hingga pengolah rotan di hulu, masih beranggapan bahwa skala ekonomi permintaan masih dirasa kurang. Jika dibandingkan tahun 2000an, kata Teten, masih jauh di bawahnya. "Jika permintaan akan bahan baku rotan kecil, maka sentra produksi ada masalah. Permintaan kecil dalam negeri. Disini tidak masuk dalam skala ekonomi, baik petani, pemungut sampai pengolah. Tidak sepeti tahun 2000an," katanya.
Pihaknya kini masih berupaya mencari solusi agar permasalahan pasokan hingga produksi furnitur tidak terhambat. Padahal menurut Menkop dan UKM, pada rapat kabinet terbatas September tahun lalu, Presiden menyarankan dibentuknya Badan Penyangga Rotan, agar rotan yang dihasilkan wilayah Kalimantan dan Sulawesi, bisa masuk skala ekonomi dan terjamin penyerapannya.
"Ini yang lagi kita pikirkan. Di ratas September ahun lalu, sudah dibahas masalah ini. Presiden sarankan badan penyangga rotan yang ditunjuk PPI. Supaya rotan yang dihasilkan dari Kalimantan dan Sulawesi bisa masuk skala ekonomi sehingga bergairah lagi berproduksi, lalu diserap oleh badan penyangga rotan, baru masuk ke pasar," tambahnya.
Teten menjelaskan, ada pihak yang menolak ekspor rotan dilakukan terhadap bahan mentah ataupun setengah jadi. Namun ada pula yang mendorong ekspor tetap dilakukan. "Ini lagi kita pelajari," ujarnya.
Pihaknya tengah berkordinasi dengan pemerintah daerah pemasok bahan baku rotan, seperti Kalsel, Kalteng, dan Sulawesi agar problem supplay rotan untuk industri furnitur di Jawa, Cirebon dan Jateng bisa teratasi. "Saya lagi kordinasi pemda pemasok bahan baku rotan, seperti Kalsel Kalteng, Sulawesi. Supaya problem supplay rotan untuk Industri furnitur di Jawa, Cirebon dan Jateng, bisa terjawab," kilah Teten.
Pemerintah, tambah Teten, mendorong ekspor furnitur naik 2 kali lipat pada 2024 atau 5 MiliarUS Dolar, dimana saat ini nilainya baru 2,5 miliar US Dolar. Menurutnya, salah satu yang terbesar dalam ekspor furnitur adalah yang berbahan baku rotan.