Catatan Ketua MPR: Transisi Energi dan Memulihkan Keseimbangan Lingkungan Hidup
Oleh: Bambang SoesatyoSudah sejak lama para ahli mengemukakan bahwa musibah banjir dan tanah longsor lebih disebabkan oleh faktor kerusakan atau ketidakseimbangan lingkungan hidup.
Dalam beberapa dekade terakhir, faktor ulah manusia merusak keseimbangan lingkungan hidup lebih dominan dibanding faktor alam, seperti letusan gunung api, gempa bumi hingga tsunami.
Sudah sangat lama manusia berperilaku tidak ramah lingkungan, tercermin dari kegiatan penebangan, penggundulan dan pembakaran hutan, pemanfaatan lahan yang serampangan hingga kebiasaan membuang sampah ke sungai.
Daratan pulau Kalimantan yang di masa lalu sarat hutan tak pernar mengalami musibah banjir.
Namun, setidaknya dalam dua terakhir, beberapa wilayah di Kalimantan langsung tergenang akibat hujan deras.
Hampir sebulan penuh wilayah Sintang tergenang. Musibah di Sintang memberi gambaran betapa parahnya kerusakan pada semua area tangkapan hujan di pulau Kalimantan.
Area hutan di Kalimantan sudah tak mampu lagi menampung air hujan akibat penebangan pohon dan pembakaran hutan.
Rangkaian musibah banjir dan tanah longsor yang terjadi di banyak daerah akhir-akhir ini hendaknya mendorong semua komunitas untuk semakin peduli pada kemauan menjaga keseimbangan lingkungan hidup.
Caranya sederhana. Berhenti melakukan penebangan pohon secara tidak terencana. Jangan ada lagi pembakaran atau penggundulan hutan. Dan, tidak boleh lagi membuang sampah di sungai.
Setiap komunitas pun hendaknya mulai bergiat melakukan reboisasi.
Semua pemerintah daerah (Pemda) diharapkan mulai peduli pada upaya memulihkan keseimbangan lingkungan hidup.