Catatan Pedih dari Surabaya
Oleh Bambang Soesatyo*jpnn.com - Kami semua kehilangan kata-kata begitu menginjakkan kaki memasuki ruangan ICU Rumah Sakit Bhayangkara yang berlokasi di kantor Polda Jawa Timur, Surabaya. Tampak bocah perempuan berusia 8 tahun tergeletak lemah tak berdaya dengan selang infus di tangan kanannya.
Dada ini langsung bergemuruh, gigi bergemeretuk dan kedua tangan saya mengepal keras menahan geram melihat anak tidak berdosa ini menjadi korban kebiadaban kedua orang tuanya yang menjadi pelaku bom bunuh diri di kantor Mapoltesta Surabaya, Senin pagi (14/5). Ia terlempar saat bom yang dibawa kedua orang tuanya meledak.
Dari kepulan asap tebal, dia keluar dan berdiri goyah dengan raut muka kesakitan. Tak lama kemudian, AKBP Roni Faisal yang kebetulan sedang bertugas dengan cepat meraih dan menggendong anak malang itu menjauh dari titik ledakan.
Bocah itu selamat walau darah mengucur deras dari tubuhnya yang mungil itu. Peristiwa penyelamatan anak perempuan di markas Polrestabes Surabaya inilah yang kemudian beredar luas di media sosial.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Mahfud yang mendampingi kami di Rumah Sakit Bhayangkara menjelaskan bahwa awalnya, dua motor memasuki gerbang kantor. Motor pertama dinaiki dua lelaki.
Pada motor kedua ada seorang lelaki, seorang perempuan dewasa dan anak perempuan tadi. Karena masuk jalur mobil (bukan jalur masuk motor) maka dua motor itu diadang beberapa petugas.
Namun, tiba-tiba bom yang diikat di pinggang sang bapak dan ibu itu meledak. Empat pengandara motor terduga teroris dinyatakan tewas.
Hhanya anak perempuan berinisial AIS tadi yang selamat. Mereka ternyata satu keluarga. Suami, istri dan tiga anaknya. Astagfirullah.