Dari Gedung Penuh Polisi Khusus, Tiongkok Tepis Isu Penindasan Muslim Uighur
Xinjiang harus didesain sedemikian rupa agar menjadi etalase kerukunan antar-umat beragama dan antar-etnis di China agar sejarah kelam terkait konflik horisontal, kemiskinan, diskriminasi, dan pelanggaran HAM tidak terulang.
Perbaikan taraf hidup masyarakat Xinjiang juga tidak boleh diabaikan untuk menjawab tuduhan-tuduhan mengenai kerja paksa.
Retorika saja tidak cukup meyakinkan tanpa dibarengi bukti nyata bahwa memang taraf hidup beberapa suku minoritas di Xinjiang membaik agar program kamp vokasi selama periode 2017-2019 benar-benar memberikan nilai manfaat bagi penghuninya.
XUAR menyajikannya secara visual kesibukan beberapa mantan penghuni kamp di dunia kerjanya yang baru, seperti menjadi pedagang daring, pramuniaga perusahaan otomotif, pelayan hotel, petani, peternak, dan lain-lain.
Model penyajian seperti itu menunjukkan adanya kemajuan, namun bukan berarti pekerjaan rumah bagi Beijing dan Urumqi akan tuntas.
Isu-isu HAM di Xinjiang dipastikan akan terus menjadi sorotan dunia internasional. Perang dagang China-Amerika Serikat boleh saja mereda, namun isu-isu Xinjiang, Tibet, Hong Kong, Selat Taiwan, dan Laut China Selatan masih akan terus mengemuka.
Tentu saja isu-isu tersebut mempertaruhkan reputasi China sebagai anggota Dewan HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa periode 2021-2023.
Inilah salah satu alasan, kenapa XUAR sangat defensif atau malah lebih agresif dalam menghadapi isu-isu miring tentang HAM di daerah yang mayoritas penduduknya beretnis Muslim Uighur itu.