Delpas Band, Bukti Bebasnya Kreativitas Para Penghuni Penjara
Ciptakan Sepuluh Lagu, Siap Masuk Dapur RekamanAliran itu bisa menampung semua minat personel. Sebab, di grup band tersebut, ada yang menyukai jenis musik pop, rock, dan jazz. ”Pokoke dadi musik sing enak dirungokke (pokoknya jadi musik yang enak didengar),” sahut Argo.
Saat berlatih, para personel tidak terus fokus ke musik. Sesekali, mereka berbincang dan bercanda. Argo merupakan salah seorang personel yang sering digojloki. ”Dia ini ada di mana-mana. Ada di taksi dan stasiun. Bisa mengangkut penumpang juga,” ucap Ariyo, 27.
Napi kasus penganiayaan yang dipidana penjara delapan tahun itu tidak khawatir rekannya marah dengan candaannya. Sudah menjadi kebiasaan mereka bergurau di sela latihan. Perkataan yang terdengar menyakitkan pun dianggap biasa. Sebab, mereka tahu itu hanya sebuah canda.
Demikian pula Nizar. Dia tidak pernah memasukkan omongan rekannya ke dalam hati. Ketika menjadi bahan guyon pun, dia hanya menanggapi dengan senyuman. ”Nizar ini penghuni yang paling kaya di antara kami,” ucap David.
Memang, Nizar sering dapat uang. Dia merupakan penghuni yang kreatif. Berbagai macam kerajinan dia buat. Mulai lukisan hingga akuarium dari gentong (tempat air). Semua dipelajari secara otodidak.
Meski dikenal sebagai personel ”berduit”, Nizar merupakan napi yang harus lama mendekam di bui. Lantaran perkara pembunuhan, pemuda 27 tahun itu dipidana penjara 12 tahun.
”Dulu saya tidak bisa main musik. Sekarang bisa karena diajari Argo,” ujar Nizar terus terang. Saat dalam kamar, Nizar sering belajar dengan gitar akustik. Argo yang kala itu menjadi mentor Nizar ikut-ikutan belajar dan membuat lirik lagu.
Kini para personel Delpas Band masih berada di bui. Namun, mimpi mereka tidak pernah mati. Setelah bebas, para personel ingin tetap bermusik. Bila berjodoh, lima napi itu akan tetap bergabung dalam satu grup band. Bisa manggung di berbagai tempat. Tidak terbatasi terali besi. (Maya Apriliani/c6/dos)