Destinasi Borobudur Dikembangkan jadi Inspirasi Peradaban
jpnn.com, YOGYAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat berkunjung ke Borobudur menyebut tagline "Mahakarya Budaya Dunia" atau World Cultural Masterpiece. Menteri Pariwisata pun menggunakan desain stupa candi Budha terbesar dunia itu sebagai materi promosi di hampir seluruh belahan dunia. Itulah, kekuatan karya budaya bangsa yang membuat Joglosemar dijadikan satu dari sepuluh destinasi prioritas.
Itu pula yang melatarbelakangi workshop sosialisasi kebijakan Kemenpar bagi jurnalis di kawasan Joglosemar --Jogja Solo Semarang-- di Hotel Sheraton, Jogja, Kamis (4/5). Para jurnalis pun antusias dengan suasana diskusi yang mencerahkan itu.
Menpar Arief menyebut, tidak lama lagi Badan Otorita Pariwisata (BOP) Borobudur akan terbentuk. Akan dibangun kawasan otoritatif di jarak sepuluh kilometer dari pusat candi Borobudur itu. Kawasan itulah yang kelak akan dibuat KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) pariwisata yang jauh dari zona 1, 2 dan 3.
Membayangkan KEK itu, kata Arief Yahya, seperti Nusa Dua di Bali. Jaraknya juga cukup jauh dari Kuta, Sanur, maupun Tanah Lot yang menjadi ikon Pulau Dewata. "Pusat amenitasnya nanti ada di sana," ungkap Arief Yahya.
Ada konsep menarik mengenai pengembangan Borobudur itu sendiri oleh Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko (TWCBPRB) Edy Setijono. "Mengembangkan Borobudur harus tidak boleh mendegradasikannya sebagai World Class Heritage. Borobudur harus diletakkan sebagai inspiring heritage," katanya.
Mengembangkan Borobudur tidak boleh menjadikannya sekadar sebagai "Taman Hiburan." Borobudur harus ditempatkan sebagai "living monument" atau "living museum." Borobudur harus menjadi inspirasi peradaban. Kemenpar memang sama sekali tidak menyentuh zona 1, yang menjadi bidang garapan kebudayaan. Juga tidak mengutak atik zona 2 dan 3 yang menjadi area Pemda. Tetapi kawasan itu masuk dalam wilayah koordinatif BOP Borobudur.
"Sebagai the big library civilization, khasanah perpustakaan peradaban. Harus digali content-nya. Karena Borobudur adalah pusat ilmu pengetahuan dan teknologi peradaban kita di zaman dulu," ujar Edy Setijono dalam paparannya saat menjadi narasumber itu.
Workshop yang diadakan Biro Hukum dan Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata ini diikuti 50 jurnalis dari kawasan Joglosemar (Jogja, Solo, Semarang dan Magelang). Selain Edy Setijono, juga hadir sebagai narasumber. Bupati Sleman Sri Purnomo, Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara MM, Bidang SDM Asita Yogya Herry Rudyanto, dan Staf Ahli Menpar Bidang Komunikasi, M Noer Sadono.