Di Ambang Pemakzulan, Presiden dan Ibu Negara Dipecat Partai
Sekitar 200 anggota komite pusat ZANU-PF langsung bernyanyi, menari, dan menyerukan nama Mnangagwa setelah pemungutan suara.
Mnangagwa, yang dijuluki Ngwenya alias Buaya, memang sudah lama digadang-gadang sebagai kandidat pengganti Mugabe. Tapi, secara mendadak Mugabe memecatnya demi memuluskan jalan sang istri, Grace Mugabe, untuk menggantikannya berkuasa.
Grace juga dikeluarkan dari partai dengan tudingan kerap melontarkan ujaran kebencian dan mengampanyekan perpecahan. Grace selama ini menjabat pemimpin liga perempuan di ZANU-PF.
Para pendukung Mugabe lainnya juga dicopot dari jabatan masing-masing satu per satu. Pemecatan itu membuat daya tawar Mugabe untuk tetap bertahan sebagai pemimpin Zimbabwe kian lemah.
Mugabe memang enggan turun dari kursi kekuasaan yang didudukinya selama 30 tahun ini meski seruan untuk mundur kian kencang. Dia kemarin menggelar pertemuan kedua dengan militer.
Belum ada hasil dari pertemuan tersebut. Namun, sumber internal menyebut pemimpin 93 tahun itu tetap berpendapat bahwa pengambilalihan kekuasaannya saat ini ilegal. Dia ingin tetap menjadi presiden hingga masa jabatannya berakhir tahun depan.
Bahkan, sang keponakan, Patrick Zhuwao mengatakan, Mugabe akan melakukan apa saja demi bertahan.
”Presiden (Mugabe, Red) bersedia mati membela prinsipnya. Dia bersedia mati demi membela konstitusi,” kata pria yang juga menjabat menteri perekonomian dan pemberdayaan pemuda serta pribumi itu.