Dor! Dor! Suara Tembak di Hutan Giam Siak
Perahu yang membawa Kapolda dan Dirjen Gakkum diisi sekitar 8 orang. Kanal yang dilewati memiliki lebar hanya sekitar 5-6 meter saja. Karena bentuk kanalnya tak beraturan, di beberapa titik harus ada anggota tim yang terpaksa terjun ke kanal dengan kedalaman hingga sedada orang dewasa, demi mendorong perahu agar bisa lewat.
Beberapa kali penghuni perahu harus tiarap menghindari jembatan kayu penduduk tempatan, atau untuk menghindari daun dan akar pohon yang berada di kanan dan kiri kanal.
Sekitar 30 menit perjalanan, tidak ada lagi ditemukan rumah penduduk. Perahu mulai menyusuri kawasan hutan alam tak berpenghuni. Hanya terdengar suara mesin yang mendorong perahu di keheningan hutan.
Sulitnya rute bertambah dengan turunnya hujan yang cukup deras. Satu jas hujan harus dipakai beramai-ramai. Tak hanya itu, akibat pengaruh tarikan tali dan goncangan di perahu, membuat air masuk memenuhi dasar perahu.
Karena duduk paling belakang dan air menumpuk di sana, berkali-kali Dirjen Gakkum LHK bersama Kapolda harus menimba air keluar perahu. Mereka menggunakan peralatan seadanya, seperti pecahan ember ataupun botol air mineral.
Sepanjang perjalanan, ditemukan areal-areal bekas terbakar dan kebun sawit yang ditanam di lahan gambut. Juga melewati hutan-hutan dengan tegakan pohon alam. Hampir 1,5 jam perjalanan, ditemukan ada satu pondok kayu yang ditinggal oleh perambah.
Tak jauh dari lokasi tersebut, ditemukan lokasi 'dermaga' untuk membawa kayu ke tepian kanal. Sekitar tiga jam kemudian, barulah rombongan sampai ke lokasi perambahan, dengan barang bukti yang cukup banyak.
Dua pistol menyalak