DPD RI: Membangun Budaya Nasional Berbasis Bahari
Selain itu, beliau juga menyatakan bahwa Perubahan kehidupan berbangsa pada era setelah reformasi merubah tata nilai dan kultur budaya.
“Ini terkait bagaimana memperkokoh budaya nasional yaitu budaya bahari. Jaman Bung Karno menyebutkan bahwa Indonesia adalah benua maritim laut yang ditaburi oleh pulau, paradigma ini harus kita dengungkan lagi karena sudah sangat bias," lanjutnya.
Pada saat yang sama, Sultan Sepuh Arif Natadiningrat mengapresiasi kegiatan FGD dengan tema bahari tersebut. Mengingat Keraton Cirebon adalah Keraton yang berlokasi di pesisir sehingga cocok dengan tema tersebut.
"Budaya bahari kita luar biasa pada masa Sriwijaya, Majapahit, budaya bahari adalah budaya kerja keras, gotong royong, terbuka menerima segala masukan, dan toleran. Saya harapkan melalui FGD ini budaya bahari yang luntur ini mampu kembali diangkat sebagai kekuatan dan energi bangsa ini," Sultan Sepuh ini.
Senada dengan Sultan, Sejarawan Anhar Gonggong menyatakan Indonesia ini dibangun oleh anak-anak muda terdidik dan tercerahkan. Anhar juga mengungkapkan bahwa fakta sejarah wilayah kerajaan-kerajaan di seluruh dunia juga berada di pesisir.
"Bagaimana kita kembali menyatakan bahwa laut tidak memisahkan justru penyambung dan pemersatu dan masa depan kita ada di laut," tutur sejarawan itu.
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Sejarah UGM Bambang Purwanto mengingatkan jangan hanya bias mengartikan budaya Bahari hanya laut yang menjadi objek utama.
"Kita jangan hanya memonopoli istilah bahari adalah budaya laut, tapi lebih mengartikan bahari adalah air, karena wilayah kita juga ada pesisir, daratan dan air yang di daratan, semua itu budaya kita," pungkasnya.(fri/jpnn)