Dulu Susah, Mantan TKW Ini Termasuk Anak Muda Berpengaruh di Asia
Kehidupan susah dijalani Heni di rumah nenek. Untuk pergi ke sekolah, misalnya, dia mesti menempuh perjalanan panjang dan melelahkan.
Saat masih SD, Heni berjalan kaki pergi pulang (PP) ke sekolah dalam dua jam. Kala SMP lebih jauh lagi. Dia harus jalan kaki empat jam PP.
Kendati begitu, Heni tidak patah arang. Buktinya, dia tetap juara kelas hingga lulus SMK. Dia juga doyan baca buku. ”Saya sering menghabiskan waktu ke gudang buat baca buku. Sehari satu buku,” kenangnya.
Sayang, nenek Heni tak kuat membiayai kuliah cucunya. Maka, selulus SMK, Heni memutuskan untuk mencari pekerjaan. Tak tanggung-tanggung, dia langsung terbang ke Hongkong sebagai TKW.
Hidup di wilayah yang kini menempati peringkat ke-9 terbaik secara global dalam hal keunggulan daya saing ekonomi menurut World Economic Forum tersebut membuat mata Heni terbuka lebar.
Banyak peluang yang bisa didapatkannya untuk mengubah nasib menjadi lebih baik daripada bekerja sebagai babysitter di Hongkong.
Kala itu, tanpa sepengetahuan sang majikan, Heni menghabiskan jatah hari libur dengan kuliah di Diploma 3 IT Saint Mary’s University.
Dia juga belajar di perpustakaan yang merupakan fasilitas umum di Hongkong dan bisa diakses siapa pun secara gratis. Selain itu, dari hasil tabungannya, Heni mampu membeli laptop.