GPM Nus Gelar Webinar Kebangsaan
Terkait terminologi minoritas dan mayoritas, Firman Jaya meminta masyarakat untuk tidak menggunakan istilah tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Saya sangat tidak sepakat dengan pernyataan mayoritas dan minoritas masih saja digunakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sudah jelas dalam Bineka Tunggal Ika kita adalah bangsa yang besar di mana para pendahulu kita memperjuangkan kemerdekaan tanpa membedakan agama, suku, ras, dan golongan," ujarnya.
Sementara itu Anggota DPD RI Angelo Wake Kako mengatakan pemuda harus menjadi agen perubahan dan menjadi barisan yang paling tangguh saat ada dinamika kebangsaan yang sedang bergulir.
"Terlebih saat transformasi revolusi industri yang semakin berkembang, pemuda harus ditekankan untuk dapat memiliki soft skill yang mumpuni agar tidak tergerus oleh persaingan yang kian ketat dan kebutuhan dunia," katanya.
Pendiri Rumah Milenial Indonesia Sahat MP Sinurat menilai empat konsensus nasional sudah final, namun bagaimana kemudian membumikan nilai-nilainya di tengah generasi muda.
Menurut Sahat ada dua hal yang penting dalam implementasi nilai-nilai empat konsensus nasional. Pertama, peraturan perundang-undangan mulai dari tingkat pusat hingga daerah yang tidak bertentangan dengan keempat konsensus.
Kedua, kata Sahat, pejabat negara, aparatur sipil, dan aparat institusi/lembaga di pusat maupun daerah yang memahami keempat nilai konsensus nasional dan bekerja sebagai pelayan publik yang berdiri di atas semua golongan.
"Sayangnya, masih ada sekelompok orang di tengah masyarakat kita yang mempersoalkan kemajemukan dan keberagaman kita. Generasi muda sebagai orang-orang yang tercerahkan harus dapat terus menggelorakan semangat persatuan di dalam keberagaman," ujarnya.