Gus Dur, Bapak Demokrasi Papua
Selasa, 26 Januari 2010 – 08:00 WIB
Karenanya, para pemimpin Papua dengan nama Konsensus Nasional Papua memutuskan untuk menyelenggarakan perayaan dalam memperingati peristiwa bersejarah ini dengan memberikan mandat kepada Zadrak Taime, Laurens Mahue, Dominggus Aronggear untuk membentuk panitia penyelanggaran dan berkomunikasi dengan semua pihak guna suksesnya acara bersejarah tersebut.
Disebutkan, keputusan perayaan "Gus Dur, 10 Tahun Kembali Nama Papua" ini telah ditetapkan 16 Desember 2009 setelah berdiskusi dengan berbagai pihak agar kegiatan ini terselenggara. Dari perjuangan jati diri yang panjang dan melelahkan rakyat di negeri ini, yang sebelumnya disebut Irian Barat atau Irian Jaya akhirnya memperoleh kembali nama yang menunjukan jati dirinya, yakni Papua. "Saat itu, Gus Dur sebagai presiden mengumandangkan 'Mulai hari ini, negeri dan rakyat di sini kembali mendapat nama Papua'," papar mengulang kalimat Gus Dur.
Maka sejak saat itu resmilah nama Papua kembali menggantikan nama Irian yang berkonotasi tidak pantas dari bahasa Arab yakni telanjang, budak, kafir dan sarat dengan muatan politik: Ikut Republik Indonesia Anti Nederland atau juga itu negeri anti Nederland, selain juga nama Irian Jaya pasca Pepera yang sesungguhnya tidak benar-benar jaya karena meskipun memang tercatat ada kemajuan tetapi sering dengan itu banyak juga pengalaman buruk yang mengakibatkan keterisolasian, keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan, pembiaran, keterlantaran, termasuk penderitaan karena pelanggaran HAM yang lama dan berlarut-larut.